Minggu, 21 Februari 2016

PESAN DHARMA "DEDIKASI DI HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN"



PESAN DHARMA

 HARI RAYA GALUNGAN & KUNINGAN
(Satyam Eva Jayate Nanritam)

“DEDIKASI KEPADA ORANG TUA YANG MEMBERIKAN BIMBINGAN DAN KEWAJIBAN KEPADA ANAKANYA,
DALAM RANGKA HARI RAYA GALUNGAN & KUNINGAN”

(OLEH : ADI WINARNO S.Pd.H)

(PURA AGUNG TAMAN SARI HALIM PERDANA KUSUMA 10-02-2016) &
 (PURA ADITYA JAYA RAWAMANGUN 20-02-2016)


“Om  Swatyastu”
(Om bhuaqujatu bhrahmano-brahmachari, Dharmavasanatpha sudhasthisthat
Tasmajyatam brahmana-brahmajyestham, Devasya sarve ambre tenasakham.)
Bapak dan ibu umat sedharma yang berbahagia.
Umat Hindu sudah tidak asing lagi mendengar hari raya galungan maupun kuningan dari segi makna, manfaat dan tujuanya yang tidak lain dan tidak bukan adalah untuk  merayakan moment yang istimewa degan nama “satyam eva jayate nanritam” kebajikanlah yang akan selalu menang.
Tetapi, bagaimana kalu kita mencoba untuk melihat kebajikan dari sudut pandang yang berbeda tanpa menghilangkan yang kita ‘yakini’ dan ‘percayai’ tentang adanya bantuan dari para deva dan leluhur secara simpelisasi kita melihat dari Taitreya Upanisad yang di sebut “pitram deva bhava, maetreya deva bhava” bapak dan ibuk adalah deva dan juga leluhur yang menjelma kedunia secara kasat mata bisa lihat, bisa kita pegang, bisa kita ajak berdialog, mengingat dan seterusnya bahwa ayah dan ibu adalah leluhur karna memberikan bimbingan, mana ada orang tua yang tidak ingin melihat anaknya sukses, karena kesuksesan anaknya adalah berkat bimbingan orang tuanya yang ingin melihat kesuksesan anaknya maka dari itu pesan dharma ini diberi judul “Dedikasi Kepada Orang Tuayang Memberikan Bimbingan Dan Kewajiban Kepada Anakanya, Dalam Rangka Hari Raya Galungan”
Bapak ibu umat sedharma yang penuh kebaikan
Secara umum kita mengenal ibu adalah orang yang telah melahirkan dan merawat kita selain itu juga memberikan pembekalan dan pendidikan untuk masa depanya supaya berguna bagi keluarga, agama dan negara, tetapi secara Universal kita memandang ibu dan ayah adalah ibuk kita adalah ibu perthiwi dan ayah kita adalah Angkasa, ibu perthiwi yang memberikan makanan dari alam dan memberikan kita kesempatan beraktivitas di atasnya dan menciptakan berbagai kreatifitas berdasarkan kapasitas kemampuanya.
Sedangkan Angkasa adalah yang memberikan  teduh langit dan memberikan kita tanda sinyal kapan kita waktunya beraktiftas dan kapan waktunya beristirahat, dengan kata lain ibu pertiwi dan angkasa adalh alam yang sudah di atur sedemikian rupa oleh Sang Hyang Widhi, sehingga kita semua manusia hendaknya selalu hidup berdampingan dan saling mengandeng tangan dan dengan cara yang paling sederhana saling menyebarkan senyum, kenpa senyum? Karena senyum adalah anugrah yg diberikan untuk berkomunikasi, dan sebagai sinyal bahwa setidaknya meskipun sedikit kita bisa berbuat baik. Karena senyum tidak bisa di beli, krnena akan keliatan dipaksakan, senyum hanya bisa diberikan Cuma2 atas dasar ingin berbuat baik kpada sesama bukan hanya untuk umat hindu tetapi untuk semuanya manusia.
Yang meberikan pembelajaran atas itu semua siapa? IBU?...Ayah?...Teman?...Guru?...
Pernahkah anda mendengar kata Master Cheng Yen “orang yang dapat menujukan jalan yang benar adalah Guru yang baik, orang yang dapat berjalan bersama di jalan yang benar adalah teman yang baik, lantas kalau kita mencari peran Ayah dan Ibu di mana...?


Bapak ibu umat sedharma yang penuh kasih sayang
Sebenarnya buku ini di buat praktis karena hanya setengah lenbar, yang juga sudah saya kirim melalu pesan inbox di sosmed kpda bebrapa orang dan teman yang saya percaya suatu saat mampu menjunjng tinggi Agama Hindu sebagai penebar kasih dan senyuman serta berbuat kebaikan, meskipun beberapa ada yg membalas dan ada yg di liat aja, dan ada yang di biarkan saja atau di cuekin. Pesan kebaikan (pesan Jiwa)...yang berbunyi...
Pada bagian yang terakhir disinilah  kita di ajarkan untuk bisa menjadi Vasudeva Krsna menjadi pengah dalam kebencian, tidak terikat, dan tidak memihak, bagai mana kita melihat Krsna sebagai juru damai yang mewakili Pandava sebagai pesan perdamaian tetapi kurawa tidak mau berdamai dan membenci Pandava saking bencinya pecahlah sebuah perang yang pada ujungnya kehancuran dan penyesalanlah yang didapat, karena tidak menhiraukan pesan perdamaian, kita tahu yang menulis Bhagavadgita adalah Rsi Vyasa di jaman dahulu untuk kita di jaman sekarang, supaya kita tahu keadaanya dulu seperti apa untuk itu gunanya kita punya ayah dan ibu,
Kalau kita lihat untuk menyampaikan pesan Dharma di buatlah sastra siapa juga harus mendapatkan pujian? Di dalam Bhagavadgita terbitan paramita surabaya tahun 2001 pd awal pembukaan dapat slokan pujian kepada siapa? “Dedikasi Kepada Vyasa.
Dedikasi kepada Vyasa
Om parthaya pradhibhoditham bhagavata narayanena svayam, vyasena graththam pura-namonina madye mahabharatham, advaitam mrtharsinim bhagavatim asthadasadyayinim, ambhvatvam anusandhadhami bhagavad gitabhavadesinim
Namo stute vyasa visalabhude, phularavinda yata-patranetra
Yena tvaya bharatha thailupurna, prajvalito jnanamayah pradhipah.
Terjemahan :
 Oh Bhagavadgita, melalui Arjuna kita telah di sadarkan oleh Bhagavan Narayana sendiri yang disusun oleh maharsi Vyasa di jaman dahulu kala dalam Mahabharatha.
Oh Sang Hyang Widhi penghapus segala reinkarnasi yang telah menganugrahkan percikan tirtha kehidupan tirtha suci yang tiada duanya, terdiri dari delapan belas parwa.
Oh Baghavadgita  ibu yang maha pengasih kepadamu kami sujud memuja, sujud kami kepada dikau oh Maharsi Vyasa, yang memiliki budhi pekerthi luhur dan pandangan suci bagaikan daun bungah teratai yang telah menyalahkan  pelitailmu pengetahuan penuh dengan inti Mahabharatha.


Sepatutnya kita jga mendedikasikan orang tua kita di dalam hati kita sehingga tidak bsa tergantikan yang artinya secara spesifik kita selalu mendegarkan nasehatnya, karena nasehat orang tua adalah kebaikan bagi kita, karna tidak ada orang tua yang menjerumuskan anaknya, pastinya tidak ada. Sebuah contoh sederhana saya di ajarkan oleh ibuk saya “ lee kalau menujuk sesuatu gunakanlah ibuk jari, jangan mengunakan telunjuk” saya sempat berfikir kalu menunjuk ya mengunakan telujuk, bukan ibu jari, klu ibuk jari namanya memuji, tetapi , bkan itu pesan yg di sampaikan, melainkan gunakan ibuk jari untuk menghormati orang lain supaya orang lain juga menghormati kita.
Dari pemaparan dia atas memberikan kita pesan serta mengajak kepada kita bahwa tetaplah berbuat baik, meski kebaikan kita tidak di hargai, ada masanya kebaikan kita membawakan hasilnya.
dari materi yang di jelaskan tadi maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa kita harus selalu ingat kepada orang tua kita baik kita sadari maupun tidak kita sadari mereka telah membuat kita sebagai orang yang berguna, bertanggung jawab, dan selalu memikirkan orang lain.
Demikian pesan dharma ini, saya tidak mengucapkan selamat hari raya kuningan semoga kita selalu di berikan bimbingan untuk selalu berbuat baik kepada semuanya serta bermanfaat bagi kita semua, terima kasih saya akhiri dengan puja asesanti
Om santhi santhi santhi om


Tidak ada komentar: