Senin, 03 Februari 2014

Dharma Wacana "ILMU PENGETAHUAN SEBUAH JALAN KEBEBASAN"



HARI RAYA SARASWATI
Ilmu pengetahuan
Sebuah Jalan Kebebasan
Oleh: Adi Winarno
( Pura Aditya Jaya, Rawamangun 12/1/2013 )
Om swatyastu



Pada hari ini, kita melaksanakan Hari Raya Saraswati yang dijadikan momentum untuk memuliakan ilmu pengetahuan dan belajar dengan mengajarkan sebuah pengetahuan lewat Jnana marga untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menuju kesejateraan dengan gotong goyong dan kerukunan yang di dambakan. mudah-mudahan hal tersebut dapat terwujud dengan sebuah pengetahuan serta penghayatan supaya bisa menjalani hidup di jaman Modernisasi dan Globalisasi sehingga terhindar dari perbuatan buruk yang dilakukan oleh umat Hindu khususnya di Indonesia. dengan mengamalkan pengetahuan serta dengan melalui upacara persembayangan Saraswati di harapkan kita semua mampu melaksanakan kwajiban kita berdasarkan ilmu pengetahuan suci.
Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang kami hormati sudahkah kita semua mengetahui :
1)      Pentingnya pengteahuan dalam kehidupan di jaman kali yoga ini untuk berbuat kebaikan?
2)      Apakah hubungan sumber pengetahuan (Saraswati) dengan pengetahuan menuju kebebasan (Jnana marga) sebuah jembatan menyeberangi lautan kebodohan?
3)      Mengapa di jaman kali yoga ini pengetahuan kebenaran sulit untuk di praktekan?

Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang penuh karunia.
Di jaman Mahabaratha ketika Arjuna tidak sanggup dan tidak ingin perang menghadapi kakek, guru, dan sepupunya karena tidak mengetahui rahasia dari segala rahasi maka dari itu Sri Krsna mengajarkan empat jalan menuju kebebasan salah satunya adalah Jnana marga.dengan pengetahuan menyatukan diri dengan Tuhan.
Dalam( Bagavad Gita IV.33).
Srayan dravyamayad yajnaj
Jnana yajnah parantapa
Sarvam karma ,khilam partha
Jnane perisamapyat

Yadnya Ilmu pengetahuan lebih mulia dari persembahan materi, dalam keseluruanya semua kerja bersumber dari Ilmu pengetahuan. selain itu pengetahuan juga di ibarat kan sebuah pedang untuk memotong ketidak tahuan sehingga menjadi tahu yang sesungguhnya.
 Dari sloka tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa Ilmu pengetahuan ternyata menjadi bagian hidup yang sangat penting bagi kehidupan manusia, apalagi di jaman Globalisasi ini kita harus menghayati Pengetahuan supaya apa? Supaya bisa memilih dan memilah mana yang baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Itulah sebabnya, Umat Hindu secara khusus memberikan penghormatn terhadap Ilmu pengetahuan dalam wujud perayaan Saraswati dengan kata lain, perayaan Saraswati menginggatkan kepada umat manusia, bahwa kita memerlukan kehadiran Ilmu pengetahuan dalam hidup baik dari Ilmu pengetahuan tingkat Duniawi hingga Pengetahuan Spiritual yang berfungsi untuk membuka selaput kebodohan yang ada dalam diri manusia sehingga menjadi manusia yang Tahu (mengerti).
Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang penuh waranugraha.
Jika kita hubungkan sumber Ilmu pengetahuan dengan pengetahuan kebebasan Veda yang mensimboliskan Ilmu pengetahuan dalam wujud Saraswati yang mempunyai arti Ilmu pengetahuan memiliki sifat mengalir seperti air yang tidak akan perna berhenti selama manusia dan jaman ini ada. Dan Jnana marga mengajarkan ilmu pengetahuan untuk menyatukan diri dengan Sang Maha Kuasa.
Ibaratkan seorang anak dengan seorang ibu, seorang murid dengan seorang guru, masyarakat dengan pemerintah, manusia dengan Tuhan. Maka dari situ seseorang yang bebas harus mempunyai pengetahuan dan juga seorang pembibing atau seorang guru, kalau tanpa seorang pembimbing kita bisa bayangkan sendiri tujan yang di inginkan akan menjadi sebuah angan-angan.
Orang yang berpengetahuan saja sulit untuk mempraktikkanya nilai-nilai Dharma, apalagi yang tidak berpengetahuan, artinya bahwa segala sesuatu perlu di hayati dan yakini  akan kebenaran pengetahuan,kita sebagai Orang Hindu jangan berfikir apa yang sudah di berikan Hindu kepada kita, tetapi mari kita berfikir apa yang sudah kita berikan kepada Hindu”.
Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang berbahagia
Dalam (manawa dharma sastra IIX.83) di jelaskan bahwa, pengetahuan tentang Jiwa (yang menghidupi) adalah merupakan ilmu pengetahuan yang tinggi dan mulia (menuju Alam yang Langgeng), serta pengetahan dimana kita dilahirkan di sebuah negara dan mengerti, serta ikut mewujudkan tujuan negara yang ingin dicapai.

Dan dipahami juga bahwa beryadnya bukan di pura saja tetapi juga di luar pura,  artinya bahwa segala kewajiban yang dilakukan dengan tulus yang didasari oleh ilmu pengetahuan itu merupakan yadnya yang tinggi (satvam), yang menjadi tujuan seperti halnya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa yang menjadi salah satu tujuan Negara kita  yang tercantu dalam UUD 1945, maka dari itu, demi terwujudnya itu semua  mari kita saling berbagi Pengetahuan karena kesempurnaan didapat dari ketidak sempurnaan. 


Kesimpulanya 
              adalah bahwa Hari Raya Saraswati adalah untuk mengigatkan kepada manusia betapa pentingnya ilmu pengetahuan baik pengetahuan tingkat duniawi maupun spiritual dalam menghadapi perubahan jaman, serta di butuhkan juga seorang pembimbing untuk menuju sebuah tujuan yang di inginkan.
Dari pemahaman tersebut sudah jelas betapa mulianya bagi mereka dan kita semua menjadi pengabdi dari pengetahuan dan mampu mengaplikasikanya, sehingga pada hari ini yaitu hari sabtu umanis wuku watu gunung merupakan hari yang sangat disucikan berkaitan dengan ilmu pengetahuan mudah-mudahan kita semua mampu memahami, menguraikan dan melaksanakan kwajiban kita masing-masing berdasarkan ilmu pengetahuan yang suci/Dharma itu sendiri.
Demikian yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga Om Awignamastu Shanti atau kedamaian itu sendiri baik jasmani maupun rohani dapat kita raih.
Om Santi,santi,santi om

Sumber dari :
 Mertha I Nengah. 2009; ”Menggantang Hidup di Jaman Kali Yuga”, Jl.Sangalangit Penatih Denpasar Timur, Widya Dharma
SP.,M.Hum Jelantik bagus ida.Drs  2011; ”Bhagavad gita Terjemahan Bergambar Gun gun”, Jl.padma 30 Penatih Denpasar timur, ESBE buku.

Dharma Wacana "KUNCI JAMAN KALI YUGA ADALAH KASIH"



PURNAMA
‘KUNCI DI JAMAN KALI YUGA ADALAH KASIH’
(Oleh: Adi Winarno)
( Pura Aditya Jaya, Rawamangun 26/03/2013 )
“Om swastyastu”
Perubahan jaman yang mempengaruhi tingkah laku dan sifat manusia yang juga mengikuti jaman modernisasi dan globalisasi, (kali yuga) menurut Hindu. yang akibatnya manusia menghilangkan identitasnya (kacang lali kulite) sebagai manusia demi untuk memenuhi nafsu dan egonya yang terikat pada keinginan yang tak terkendali sehingga tindakan kekerasanpun terjadi karena hal yang paling di hargai manusia adalah kekayaan. Kasih manusia hilang karena salah satunya adalah karena kekayaan, ironisnya para orang suci ,pemberani, hebat bahkan cendekiawan tidak sedikit yang mengabdi pada orang kaya (banyak uang). Sebuah kenyataan bahwa uang sangat penting bagi manusia.
Setiap hari kita saksikan peristiwa kekerasan sebagai sebuah kenyataan. Peristiwa itu bisa di  lihat langsung, atau melalui tayangan media cetak maupun media elektronik. Kekerasan dapat di lakukan oleh siapa saja. Oleh orang berpendidikan maupun orang yang tidak bersekolah, orang kota maupun orang desa. Kekerasan bisa terjadi di rumah, di tempat yang ramai, dan di jalan raya. Perilaku kasar dan kata-kata kasar ternyata tidak mengenal tempat dan waktu. Jangankan di masyarakat, bahkan di parlemenpun juga terlihat hal yang sama; para wakil rakyat berteriak, menahan dan menggebrak meja. Seolah manusia, makhluk yang menpunyai sabda,bayu, dan idep. Makhluk ciptaan yang paling sempurna telah kehilangan jati dirinya sebagai manusia yaitu kehilangan kasih sayang dan kelembutanya, serta sopan santunya. Bahkan di jaman yang amburadol ini yang lebih menyedihkan lagi adalah justru Makhluk Tuhan yang paling beragama yang paling tahu baik dan buruk yang berbicara Dharma dan Adharma; namun terbukti juga telah kehilangan “kasih” karena evolusinya karakter sehingga banyak merusak dan menhancurkan ciptaan Tuhan karena kegelapan yang menutupi jiwa manusia yang mengakibatkan manusia kehilangan jati diri, sebagai manusia sifat manusia yang dimulai dari ahamkara, berekembang menjadi makhluk yang di kuasai kama dan akhirnya terhenti ; tidak  menjadi cinta yang di akhiri dengan kasih sayang.
Bapak-bapakdan Ibu-ibu serta umat Sedharma yang penuh dengan kasih,
              Sering kali lalu kita mencari pembenaran sendiri  dengan menyalahkan jaman, ,jaman modernisasi, jaman kali, jaman edan; perilaku manusia berubah seperti hewan, hilang sudah sifat manusianya. Dari sifat deva, dan manusia bahkan kemudian menjadi raksasa. Yang  di dominasi oleh kegelapan jiwa. Manusia menjadi penghancur (destroyer), bukan lagi sebagai  pencipta (creator), dan pengembang (developer).
Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat Sedharma yang berbahagia.
1.                     Bagaimana kita menyikapi ini sebagai  semuah kenyataan bahwa manusia kehilangan kelembutanya dan menjadi perusak?
2.                  Bagaimana kita Umat Hindu menumbuh kembangkan kasih untuk menuju suatu keharmonisan?
3.                  Apakah tujuan utama dari kasih di  jaman kali yuga ini/ jaman yang tidak seimbang yang juga di dominasi oleh kekerasan?

Menurut kitab ( Bhagavad Gita XVI.2):
Ahimsa satyam akrodas. Tyagah santir apaisunam,
Daya bhutesv aloluptvam. Maradavam hrir acapalam
Tanpa kekrasan,benar, bebas dari kemarahan, tanpa rasa takut, bebas dari kemarahan,tenang, tidak suka menfinah, kaidh sayang pada setiap makhluk, bebas dari nafsu, lemah lembut,dan dalam keseimbang jiwa.
Artinya apa bahwa kita manusia yang memiliki akal dan budi, yang tahu baik dan buruk,  seharusnya tidak meninggalkan identitasnya sebagai manusia, apalagi kasih yang paling dibutuhkan di jaman kali ini terutama kita sebagai Umat Hindu yang ada di Indonesia, yang berpedoman pada “pancasila” dan menjujung tinggi “Bhineka Tunggal Ika” yang becita-cita menuju kesejateraan seperti yang yercantum dalam UUD 1945, ini tidak akan terwujud tanpa adanya rasa kasih.
Kasih sayang inilah sesungguhnya Dharmaning kita  sebagai Umat Hindu. Hindu menjujung tinggi  nilai Ahimsa tidak menyakiti sesame  makhluk, Kasih sayang adalah senjata untuk  jaman edan, penjinak jaman kali. Kasih adalah energy tanpa batas dari Brahman Yang Esa. Dan kasih itu adalah Brahman itu sendiri. Brahman menciptakan alam semesta dan segala isinya dengan kasih. Deva Siva beryoga pada saat Mahasivaratri. dalam  kegelapan yang paling gelap hanya karena kasihnya bukan saja untuk umat Hindu tetapi untuk alam semesta beserta isinya, Devi Sarasvati mengalirkan ilmu pengetahuan tanpa henti semata-mata juga karena kasih, Sri  Krsna avatara Deva Visnu yang ke-8  juga mengajarkan empat jalan menuju kebebasan  pada manusia juga karena kasinya pada manusia, Bahkan Devi Durga selama Sembilan hari bertarung melawan Raksasa  Mahisasura dan membunuhnya pada hari ke-10 juga karena kasihnya pada manusia (Vijaya Dasami). Dan kasih itu menebar dan di terima oleh seisih dunia termasuk manusia. Lalu kenapa dunia manusia justru tidak memancarkan kasih pada Makhluk lain?
Sesungguhnya hingga kinipun pancaran kasih dari Brahman dan wujud kuasa Nya tak pernah berhenti, namun manusia sebagai ciptaanya yang di banggakan dan di sayang telah menolak pancaran itu. Pengaruh jaman kali telah meresapi dan mencemari darah dagingnya. Sehingga “rongga” spiritual yang seharusnya menerima  dan menyimpan “enegi kasih” itu tidak berfunsi lagi  namun, bagi umat Hindu, harapan itu masih ada. Cahaya pencerahan kasih masih tersisa , dalam jiwa-jiwa luhur bagi manusia yang memiliki Sradha dan Bhakti yang Teguh Orang-orang inilah yang akan menjadi bibit unggul di jaman kali ini usai dan diganti dengan jaman Emas. Sehingga mampu melewati “saringan purifikasi” jiwa, karena mampu menaklukan jaman kali ini. Lalau bagai mana kita sebagai umat Hindu menumbuhkan kasih sayang semesta? Bagai mana kita memulai ini?
Bibit kasih yang sebenarnya tetutup dalam sanubari setiap orang maka dari itu, idealnya, bibit kasih ini harus di mulai dari setiap individu di dalam rumah tangga. Saling mengasihi di dalam angota keluarga di rumahyang akan menjadikan rumah itu penuh dengan energy kasih, penuh kelembutan dan kedamaian. Bila sudut kasih ini sudah memenuhi setiap sudut rumah dan relung jiwa penghuninya, maka rumah itupun akan bercahaya. Para orang tua wajib mengajarkan untuk  mengasihi setiap makhluk, tidak memperkenankan mereka menyiksa dan menyakiti serta membunuh binatang. Tidak juga menghina ,melecehkan da menumpahkan kata-kata kasar terhadap orang lain. Mari kita tumbuhkan rasa kasihan pada setiap makhluk dan dalam jiwa mereka. Ini akan mengikat kita supaya bersikap sama pada orang lain di luar lingkungan rumah.lingkungan rumah tangga yang di dominasi kasih,akan dengan mudah menyerap energy positif yang kita butuhkan baik dari aspek duniawi maupun spiritual.
 Apabila setiap rumah tangga kita berupaya mengembangkan kasih di setiap keluarga masing-masing, maka “sangu” kasih ini akan terbawa ke segala tujuan. Keluarga yang ideal yang kemudian berkumpul di pura, akan membawakan manfaat positif pada komunitas pura dan juga pura itu sendiri. Umat Hindu yang seperti ini akan menghaturkan bhaktinya kepada Sang Hyang Widhi dengan persembayangan bersama;dengan tingkat  kasih dan ketulusan bersama menuju satu titik yaitu kuasaNya. Tiada muatan politis, tida pantulan keinginan dalam berdo,a semuanya berjalan apa adanya, ibarat sebuah putaran hukum alam semesta (RTA). Kita di pura yang suci  mencakupkan tangan sambil merenung akan menerima pancaran  kasih dari orang yang penuh rasa kasih. Energy kasih juga harus di tebar supaya memberikan kenyamanan baik di rumah, lingkugan kerja maupun masyarakat, rasa aman dan nyaman pasti akan terasa.
Dengan menebarnya energy kasihakan menimbulkan perubahan besar. Bahkan tidak mungkin kalau Negara tidak bisa di lembutkan dengan energy kasih, mengingat Tuhan memang tiada batas, di sinilah kita sebagai Umat Hindu, yang ajaranya bersumber pada Weda, sumber pengetahuan suci yang tiada duanya. Sebagai ajaran utama,Weda menjadi tuntunan dalam mengenal dan mengembangkan kasih semesta, kasih semua makhluk di alam. Untuk itu, mari kita semua Umat Sedharma untuk memulai menumbuh kembangkan kasih yang merupakan karunia sang Pencipta untuk mewujudkan kebersamaan dan kesejateraan Umat manusia sebagai tujuan hidup karena kasih akan menjadikan kita semua sebagai love and divine human being (penuh kasih dan kesucian)
Dari pemahan diatas sudah jelas begitu mulianya kasih itu sehingga kita idak bisa memiliki alas an lagi untuk mengabaikan kasih, mudah-mudahan kita semua mampu memahami ,menguraikan serta melaksanakan kwajiban kita berdasarkan sebuah kasih.
Demikian yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan apa yang kami sampaikan  dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga Om Awignamastu santi/ kedamaian jasmani maupun rohani dapat kita raih.
Akhir kata dengan puja parama santi
, “Joyo-joya wijayanti lebur deneng pangastuti mugi kali sing sambi kolo”
om santi santi santi om.
Rahayu rahayu rahayu.
Sumber dari:
Mertha I Nengah. 2009; ”Menggantang Hidup di Jaman Kali Yuga”, Jl.Sangalangit Penatih Denpasar Timur, Widya Dharma
M.pd.,M, S.Ag, Suratnaya Ketut Dewa.  2005; “Kumpulan Dharma Wacana,Dharma”, Duta Gading Sewu.
SP.,M.Hum Jelantik bagus ida.Drs  2011; ”Bhagavad gita Terjemahan Bergambar Gun gun”, Jl.padma 30 Penatih Denpasar timur, ESBE buku.





Dharma Wacana "ISTA DEVATA DALAM KASIH SEORANG IBU"



“ISTHADEVATA
DALAM KASIH IBU”





“Om Swastyastu”
Seorang anak tidak mengenal Tuhan sebelum mengenal ibu yang melahirkana, mengasuh dan membesarkanya. Dalam Taittriya Upanisad di sebutkan; “maĆ®tre deva bhawa”, artinya seorang ibu adalah dewata yang menjelma didunia, terutama bagi anak-anaknya. Seorang anak lebih dulu mengenal ibu dari pada Tuhan, ibu adalah segala-galanya bagi seorang anak. Tuhan member kewenangan kepada seorang ibu untuk melahirkan anak-anaknya, seorang ibu mewakili Tuhan dalam peranya “menciptakan manusia”, yaitu anak-anaknya melaluiproses reproduksi.
Sedemikian besar peran kaum seorang ibu, sehingga bahkan wujud kuasaTuhan  yang utama yaitu Brahma, Visnu, Siva; dalam menjalankan peran-Nya, harus didampingi sosok ibu yang cantik, anggun,sejuk dan penuh pancaran kasih. Para pendamping dewata-dewata ini berperan sebagai pendukung dan sumber energy  untuk menjalankan kwajibanya sebagai dewata. Inilah yang dalam ajaran Hindu disebut dengan Sakti, para dewata tanpa sakti, tidak mampu berbuat apapun, seperti purusa tanpa perdana, maka tidak aka nada ciptaan apapun.
Seorang wanita sebelum tersentuh pria Nampak cantik, menarik, periang dan selalu gembira. Tetapi setelah statusnya berubah, menjadi istri, maka fisik dan jiwanya mengalami perubahan, wanita itu menjadi semakin matang, walaupun mungkin tidak menyolok. Tetapi yang jelas mengalami perubahan fisik, apalagi setelah Hamil. Terjadi perubahan fisik secara total , dan ia menjadi sensitive. Seorang wanita calon ibu, kesana kemari membawa kandunganya, tanpa rasa malu. Hal ini terjadi karena ia sadar, demikianlah svabawaseorang ibu . ia berkorban fisiknya, perasaanya, hanya untuk calon seorang bayi dalam kandunganya. Bayangkan selama Sembilan bulan, dengan perutnya yang besar, ia selalu membawa calon bayinya. Tidak ada rasa risih,jengkel ataupun sesal. Semua ini mampu di lakukanya kaena seorang ibu memiliki kasih sayang  yang hanya bisa dikalahkan oleh kasih sayang Tuhan.
Bagaimana seorang ibu membesarkan dan memberikan ikatan –ikatan kasih kepada sang bayi sejak dalam kandungan?
Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang penuh karunia
 pertemuan antara sel yelur dengan sperma akhirnya membuahka kehidupan dalam rahim seorang ibu . menurut Garbha Upanisad, sampai kehamilan beberapa mnggu, baruhlah plasma berupa janinitu “diisi” Atman oleh Isvara; setelah itulah baru dikatakan bahwa calon bayi itu hidup. Untuk pertumbuhan dan perkembangan calon bayi, maka seorang ibu memerikan segala kebutuhan. Mati hidup calon sang bayi, ini tegantung seorang ibu. Dan sang calon bayi akan “memerah” ibu untuk mendapatkan makanan yang di butuhkanya. Ada lima lapisan halus yang berasal dari sang ibuyang  akan menentukan “masa sepan” sang calon bayi. Yang tidak perna mengharapkan balasan. Lima lapisan halus inilah dalam ajaran Agama Hindu disebut Panca Maya Kosa, yang terdiri dari:
1.      Anna Maya Kosa, yaitu lapisan halus yang di bentuk oleh sang ibu, yang bersal dari sari-sari makanan yang di makan oleh sang ibu, sari-sari makanan ini akan membangun badan fisik si calon bayi selama di dalam kandungan. Setelah bayinya lahir akan tetap berfungsi untuk membangun badan fisik yang memadai. Walaupun proses ini terjadi tanpa disadari sang ibu, namun proses ini hanya akan terjadi apabila disertai dengan aliran  “kasih” kekurangan akan menyebabkan si calon bayi “memaksa” mengambilnya dari bagian tubuh si ibu, walaupun akan membuat si ibu sakit. Misalnya, apabila si calon bayi kekurangan kalsium, maka ia akan mengambil secara paksa kaalsium si ibunya, akibatnya si ibu akan lemah.
2.      Mano Maya Kosa, yaitu lapisan halus yang di bentuk oleh sang ibu, agar otak  kanan sang bayi akan erkembang dengan baik. Lapisan ini di bentuk tidak hanya secara fisik, namun juga secara non fisik. Kondisi psikis dan kejiwaan seorang ibu saat hamil akan mempengaruhipembentukan jaringan ini. Jaringan otak kanan inilah yang akan membawa anak itu nantinya kepda hal yang bersifat intutif, lembut, sensitive, senang debgan yang indah-indah, serta memiliki ketertariakan kepada hal-hal rohani dan spiritual. Dan pembentukan  lapisan-lapisan in hanya akan berjalan apabila di sertai aliran kasih ibu. Dan setelah lahir, maka perkembangn otak kanan dan kiri akan seimbang.
3.      Prana Maya Kosa, yaitu lapisan halus yang di bentuk oleh sang ibu, agar sang bayi memiliki “daya hidup”  atau semangat juang yang tinggi dalam setiap gerak kehidupanya. Daya hidup Yng terbentuk tergantung kepada kondisi mental saat sang ibu hamil. Dan lapisan inipun mustahil tebentuk dengan baik , tanpa aliran kasih sayang ibu. Pancaran prana sang anak nantinya akan menjadikan anak itu memiliki charisma, wibawa dan akan menarik perhatian orang lain. Dari keberhasilan seorang ibumembentuk lipisan inilah nantinya si anak akan memiliki kekuatan intelektual yang di sebut “taksu”. Dari taksu inilah akan berkembang “bidang kehidupan” yang dominan dan nantinya menjadi profesi utama yang tidak lain adalah varna.
4.      Vijnana Maya Kosa, adalah lapisan halus yang tebentuk karenaAnna Maya Kosa dan Mano Maya Kosa serta Prana Maya Kosa yang di sertai aliran kasih ibu yang memadai, sehingga membentuk sifat satwika. berupa kebijaksanaan atau wiweka. apabila Vijnana Maya Kosa benar-benar terbentuk dengan baik, maka ia dikatakan memiliki Viveka jnana, yaitu mampu dengan mudah untuk membedakan antara ang benar dan salah.
5.      Ananda Maya Kosa, merupakan lapisan halus yang sebenarnya terbentuk dari sefat-sifat kedewataan seorang ibu, dimana aliran kasih tanpa menharapan balasan sedemikian kuatnya, sehingga sang ibu hanya mengharapkan agar sang anak mendapatkan jalan kebahagiaan.
Dengan pemahaman tesebut, maka setidaknya kita mengerti bagaimana perjuangan dan misi seorang ibu, untuk “menjadikan” anaknya yang terbaik. Dan perjuangan ini tidak perna di sadari oleh anak-anaknya, karena prosesya terjadi dalam kandugan. Oleh karena itu, wajarlah apabila dikatakan bahwa seoeang ibu mampu membuat anaknya mengalami kesulitan sepanjang hidup, kalau seorang anak “ingkar” kepda sang ibu . ketika seorang anak mengalami kesulitan dalam hidupnya. Secara metafisik hanya seorang ibulah yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan melalui ritual tertentu. Dan oleh karena itu pula, seorang anak memang tepat mendapatkan sang ibu sebagai Isthadevata pertama (devata faforit) yang mewujud secara fisik yang penuh dengan kasih sayang, sehingga tiak ada alasan lagi untuk tidak hormat pada seorang ibu dan mematuhi perintahnya demi kebaikan kita juga.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan muda-mudahan kita semua bisa mampu memahami, menguraikan dan mempraktekan dalam kehidupan kita berdasarkan kebajikan, semoga itu semua bermanfaat bagi kita semua sehingga Om Awignamastu Shanti atau kedamaian itu sendiri baik jasmani maupun rohani dapat kita Raih.

Sekian kami akhiri dengan puja asesanti “joyo-joyo wijayanti lebur deneng pangastuti mugi kalis ing sambi kolo” Om shanti, shanti,shanty Om
Rahayu,Rahayu,Rahayu