PESAN DHARMA
HARI RAYA GALUNGAN & KUNINGAN
(Satyam
Eva Jayate Nanritam)
“DEDIKASI KEPADA ORANG TUA YANG
MEMBERIKAN BIMBINGAN DAN KEWAJIBAN KEPADA ANAKANYA,
DALAM RANGKA HARI RAYA GALUNGAN &
KUNINGAN”
(OLEH : ADI WINARNO S.Pd.H)
(PURA AGUNG TAMAN
SARI HALIM PERDANA KUSUMA 10-02-2016) &
(PURA ADITYA JAYA RAWAMANGUN 20-02-2016)
“Om Swatyastu”
(Om bhuaqujatu bhrahmano-brahmachari,
Dharmavasanatpha sudhasthisthat
Tasmajyatam brahmana-brahmajyestham,
Devasya sarve ambre tenasakham.)
Bapak dan ibu umat sedharma yang berbahagia.
Umat
Hindu sudah tidak asing lagi mendengar hari raya galungan maupun kuningan dari
segi makna, manfaat dan tujuanya yang tidak lain dan tidak bukan adalah
untuk merayakan moment yang istimewa degan
nama “satyam eva jayate nanritam”
kebajikanlah yang akan selalu menang.
Tetapi,
bagaimana kalu kita mencoba untuk melihat kebajikan dari sudut pandang yang
berbeda tanpa menghilangkan yang kita ‘yakini’ dan ‘percayai’ tentang adanya
bantuan dari para deva dan leluhur secara simpelisasi
kita melihat dari Taitreya Upanisad yang
di sebut “pitram deva bhava, maetreya
deva bhava” bapak dan ibuk adalah deva dan juga leluhur yang menjelma
kedunia secara kasat mata bisa lihat, bisa kita pegang, bisa kita ajak
berdialog, mengingat dan seterusnya bahwa ayah dan ibu adalah leluhur karna
memberikan bimbingan, mana ada orang tua yang tidak ingin melihat anaknya
sukses, karena kesuksesan anaknya adalah berkat bimbingan orang tuanya yang
ingin melihat kesuksesan anaknya maka dari itu pesan dharma ini diberi judul “Dedikasi Kepada Orang Tuayang Memberikan
Bimbingan Dan Kewajiban Kepada Anakanya, Dalam Rangka Hari Raya Galungan”
Bapak ibu umat sedharma yang penuh
kebaikan
Secara
umum kita mengenal ibu adalah orang yang telah melahirkan dan merawat kita selain
itu juga memberikan pembekalan dan pendidikan untuk masa depanya supaya berguna
bagi keluarga, agama dan negara, tetapi secara Universal kita memandang ibu dan
ayah adalah ibuk kita adalah ibu perthiwi dan ayah kita adalah Angkasa, ibu
perthiwi yang memberikan makanan dari alam dan memberikan kita kesempatan
beraktivitas di atasnya dan menciptakan berbagai kreatifitas berdasarkan
kapasitas kemampuanya.
Sedangkan
Angkasa adalah yang memberikan teduh
langit dan memberikan kita tanda sinyal kapan kita waktunya beraktiftas dan
kapan waktunya beristirahat, dengan kata lain ibu pertiwi dan angkasa adalh
alam yang sudah di atur sedemikian rupa oleh Sang Hyang Widhi, sehingga kita
semua manusia hendaknya selalu hidup berdampingan dan saling mengandeng tangan
dan dengan cara yang paling sederhana saling menyebarkan senyum, kenpa senyum?
Karena senyum adalah anugrah yg diberikan untuk berkomunikasi, dan sebagai
sinyal bahwa setidaknya meskipun sedikit kita bisa berbuat baik. Karena senyum
tidak bisa di beli, krnena akan keliatan dipaksakan, senyum hanya bisa
diberikan Cuma2 atas dasar ingin berbuat baik kpada sesama bukan hanya untuk
umat hindu tetapi untuk semuanya manusia.
Yang
meberikan pembelajaran atas itu semua siapa? IBU?...Ayah?...Teman?...Guru?...
Pernahkah
anda mendengar kata Master Cheng Yen
“orang yang dapat menujukan jalan yang benar adalah Guru yang baik, orang yang
dapat berjalan bersama di jalan yang benar adalah teman yang baik, lantas kalau
kita mencari peran Ayah dan Ibu di mana...?
Bapak ibu umat sedharma yang penuh kasih
sayang
Sebenarnya
buku ini di buat praktis karena hanya setengah lenbar, yang juga sudah saya
kirim melalu pesan inbox di sosmed kpda bebrapa orang dan teman yang saya
percaya suatu saat mampu menjunjng tinggi Agama Hindu sebagai penebar kasih dan
senyuman serta berbuat kebaikan, meskipun beberapa ada yg membalas dan ada yg
di liat aja, dan ada yang di biarkan saja atau di cuekin. Pesan kebaikan (pesan
Jiwa)...yang berbunyi...
Pada
bagian yang terakhir disinilah kita di
ajarkan untuk bisa menjadi Vasudeva Krsna menjadi pengah dalam kebencian, tidak
terikat, dan tidak memihak, bagai mana kita melihat Krsna sebagai juru damai
yang mewakili Pandava sebagai pesan perdamaian tetapi kurawa tidak mau berdamai
dan membenci Pandava saking bencinya pecahlah sebuah perang yang pada ujungnya
kehancuran dan penyesalanlah yang didapat, karena tidak menhiraukan pesan perdamaian,
kita tahu yang menulis Bhagavadgita adalah Rsi Vyasa di jaman dahulu untuk kita
di jaman sekarang, supaya kita tahu keadaanya dulu seperti apa untuk itu
gunanya kita punya ayah dan ibu,
Kalau
kita lihat untuk menyampaikan pesan Dharma di buatlah sastra siapa juga harus
mendapatkan pujian? Di dalam Bhagavadgita terbitan paramita surabaya tahun 2001
pd awal pembukaan dapat slokan pujian kepada siapa? “Dedikasi Kepada Vyasa.
Dedikasi kepada
Vyasa
Om parthaya
pradhibhoditham bhagavata narayanena svayam, vyasena graththam pura-namonina
madye mahabharatham, advaitam mrtharsinim bhagavatim asthadasadyayinim,
ambhvatvam anusandhadhami bhagavad gitabhavadesinim
Namo stute vyasa
visalabhude, phularavinda yata-patranetra
Yena tvaya bharatha
thailupurna, prajvalito jnanamayah pradhipah.
Terjemahan :
Oh Bhagavadgita,
melalui Arjuna kita telah di sadarkan oleh Bhagavan Narayana sendiri yang disusun
oleh maharsi Vyasa di jaman dahulu kala dalam Mahabharatha.
Oh
Sang Hyang Widhi penghapus segala reinkarnasi yang telah menganugrahkan
percikan tirtha kehidupan tirtha suci yang tiada duanya, terdiri dari delapan
belas parwa.
Oh
Baghavadgita ibu yang maha pengasih
kepadamu kami sujud memuja, sujud kami kepada dikau oh Maharsi Vyasa, yang
memiliki budhi pekerthi luhur dan pandangan suci bagaikan daun bungah teratai
yang telah menyalahkan pelitailmu
pengetahuan penuh dengan inti Mahabharatha.
Sepatutnya
kita jga mendedikasikan orang tua kita di dalam hati kita sehingga tidak bsa
tergantikan yang artinya secara spesifik kita selalu mendegarkan nasehatnya,
karena nasehat orang tua adalah kebaikan bagi kita, karna tidak ada orang tua yang
menjerumuskan anaknya, pastinya tidak ada. Sebuah contoh sederhana saya di
ajarkan oleh ibuk saya “ lee kalau menujuk sesuatu gunakanlah ibuk jari, jangan
mengunakan telunjuk” saya sempat berfikir kalu menunjuk ya mengunakan telujuk,
bukan ibu jari, klu ibuk jari namanya memuji, tetapi , bkan itu pesan yg di
sampaikan, melainkan gunakan ibuk jari untuk menghormati orang lain supaya
orang lain juga menghormati kita.
Dari
pemaparan dia atas memberikan kita pesan serta mengajak kepada kita bahwa
tetaplah berbuat baik, meski kebaikan kita tidak di hargai, ada masanya
kebaikan kita membawakan hasilnya.
dari
materi yang di jelaskan tadi maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa kita
harus selalu ingat kepada orang tua kita baik kita sadari maupun tidak kita sadari
mereka telah membuat kita sebagai orang yang berguna, bertanggung jawab, dan
selalu memikirkan orang lain.
Demikian
pesan dharma ini, saya tidak mengucapkan selamat hari raya kuningan semoga kita
selalu di berikan bimbingan untuk selalu berbuat baik kepada semuanya serta
bermanfaat bagi kita semua, terima kasih saya akhiri dengan puja asesanti
Om santhi santhi santhi om