WACANA DHARMA (Pujawali)
“PENDIDIKAN
MEMBENTUK KEMAMPUAN YANG TERPENDAM”
(KISAH
KELAHIRAN GATOT KACA)
(Adi
Winarno; Pura Halim Perdana Kusuma 3/5/2015)
“Om Swastyastu”
Umat sedharma yg penuh sayang
Ada
bebrapa pendapat yang memberikan pengertian pendidikan yang dalam perumusanya
dapat dibedakan secara sempit dan umum. Dalam arti sempit pendidikan adalah
perbuatan yang sengaja dan sadar dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak yang
belum dewasa dengan maksud untuk mempengaruhi. Sedangkan pendidikan dalam arti
umum adalah kegiatan yang sengaja dilakukan seseorang kelompok terhadap
seseorang atau kelompok orang yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan.

Demikian
pula mewujudkan Dharma Agama diarahkan kepada umat untuk mendalami menghayati
ajaran agama, taat melaksanakan ajaran agama menjujung kitab suci dan
menumbuhkan rasa kesetiakawanan sehingga mewujudkan tiga kerukunan hidup
beragama yaitu : “kerukunan itern umat beragama, kerukunan antar umat beragama
dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah.” (Parisada Hindu Dharma
Indonesia Pusat, 1993 : 6)
Umat
sedharma yg penuh kasih
1. Seperti
apa pendidikan yang berguna?
2. Bagaimana
cara mengaplikasikanya di masa kini?
Umat sedharma yang penuh kasih
Dalam kisah pewayangan
jawa di sebutkan ketika dewi arimbi mengandung anak bima. Seluruh
rakyat Pringgandani sangat bersukacita, dikarenakan anak ini akan menjadi
generasi penerus sebagai Raja di Pringgandani bila Dewi Arimbi sudah tiada.
Saat itu seluruh putra Pandawa
disertai Sri Batara Kresna tidak ketinggalan seluruh punakawan Semar,
Astrajingga, Dawal dan Gareng berkumpul di Istana Pringgandani, mereka sedang
berkumpul menunggu saat kelahiran sang putra Bima, dan akhirnya anak yang di
nantikan telah lahir,di samping dewi arimbi yang masih di sertai dengan tali
pusar yang belum terputus, di karenakan tidak ada senjata yang mampu memutuskan
tali puser jabang tutuka tersebut, lalu ketka Bima mendengar hal tersebut,
mengunakan Kuku Pancanaka tapi tidak mampu memotong tali puser jabang tutuka,
lalu meminta bantuan saudara-saudaranya arjuna yang mengunakan berbagai senjata
seperti, diikuti oleh Arjuna mencoba menggunakan seluruh senjatanya diawali
dengan keris Pancaroba, keris Kalandah, panah Sarotama bahkan panah Pasopati
semuanya gagal. Sri Batara Kresna yang saat itu hadir mencoba dengan senjata
saktinya Cakra Udaksana, hanya menghasilkan percikan-percikan api ketika dicoba
memotong tali ari-ari itu. Semuanya terbengong-bengong merasa takjub dan heran
disertai rasa putus asa, Dewi Arimbi hanya bisa menangis melihat hal tersebut
dirundung rasa khawatir jika anaknya harus membawa tali ari-ari hingga dewasa.
Ditengah suasana tersebut tanpa diketahui sebelumnya Begawan Abiyasa yang tak
lain kakek dari para Pandawa atau buyut dari Jabang Tutuka telah hadir ditempat
tersebut, semua yang hadir memberikan sembah sungkem kepadanya. Begawan yang
sakti mandraguna ini mengatakan bahwa tali ari-ari itu hanya akan bisa dipotong
oleh senjata kadewatan yang berasal dari Batar Guru. Untuk itu Sang Begawan
meminta Arjuna untuk pergi ke Kahyangan mencari senjata tersebut. Setelah
mendapat perintah dari kakeknya dan meminta ijin kepada saudara-saudaranya
Arjuna disertai oelh para punakawan segera menuju Kahyangan untuk mencari
senjata yang dimaksud oleh Begawan Abiyasa, sedangkan Sang Begawan sendiri
bergegas pulang kembali ke Padepokan setelah memberikan do’a serta merapal
beberapa mantra untuk buyut / cicitnya tersebut.
Ketika di kayangan Arjuna kaget
mendengar pernyataan Rsi Narada yang memberikan senjata Konto wijayadhanu
kepada radeya dengan alasan di kiranya sang Arjuna, mendengar hal tersebut
Arjuna langsung mengejar Radeya dan terjadilah perkelahian antara arjuna (putra
Indra) dan Radeya (putra Surya) yang akhirnya Arjuna hanya mendapatkan
sarungnya atau kerangkanya, sedang radeya mendapatkan senjatanya, ketika itu
Arjuna dan Punakawan menghadap kepada Semar (Ismoyo) untuk melaporkan kejadian
tersebt, lalu Semar menyatakan ini memang sudah di tuliskan bahwa kelak
jabangtutukan Akan meninggal ketka bertempur melawan radeya atau Karna
(Bharathayudha), karena senjata tersebut setelah memotong tali puser jabang
tutuka tersebut langsung menjadi satu dng tubuhya, karena itu ketika senjata
kunto wijayadanu masuk kesarungny yg menjadi satu dgn tubuh jabang tuttuka maka
jabang tutuka yg kelak namanya Gatotkaca tersebut.
Setelah itu jabang tutuka di bawah
ke khayangan oleh Arjuna untuk melawan Naga percona (yg mengalahkan para dewa),
setelah itu jabang tutuka di taruh di dpan gerbang sorga untuk melawan Naga
percona yg bengis, ketika naga percona tau, dia mengira bahwa bayi yg bisanya
menangis untuk melawan raksasa yg sakti, lalu ketika bayi tersebut di angkat di
depan matanya, bayi tersebut mengayunkan tanganya ke mata naga percona sehingga
melukai matanya, spontan raksasa tersebut langsung membanting bayi tersebut
hingga tewas, para deva was-was kalau Bima sampai tau kalau anaknya tewas di
kayangan maka Bima akan murka, tapi Semar langsung berbisik pada Bhatara guru
untuk menggodok jabang tutuka di kawah candradimukha, Yamadipati langsung
menyiapkan persiapan, Selanjutnya para dewa disuruhnya melemparkan /
mencampurkan senajata yang dimilikinya untuk membentuk tubuh Jabang Tutuka
lebih kuat, lama-kelamaan terbentuklah tubuh satria gagah dari dalam godogan
tersebut. Kemudian para dewa membirkannya pakaian dan perhiasan untuk Jabang
Tutuka yang baru tersebut, selanjutnya diakarenakan dia mati belum waktunya
berhasil dihidupkan kembali oleh Batar Guru.
Selain mendapat anugerah berupa
pakaian, perhiasan dan senjata yang sudah membentuk tubuhnya Jabang Tutuka juga
memperoleh beberanama dari para dewa diantaranya : Krincing Wesi, Kaca Negara,
Purabaya, Kancing Jaya, Arimbi Suta, Bima Putra dan Gatotkaca. Nama terakhir
inilah yang kemudian digunakan dalam dunia pewayangan. Dengan tampilan yang
sangat beda dari sebelumnya Jabang Tutuka yang menggunakan nama baru Gatotkaca
bertempur kembali dengan Naga Percona, dan akhirnya behasil merobek mulut dan
tubuh Naga Percona menjadi dua bagian. Itulah akhir dari hidupnya Naga Percona
yang membawa kedamaian di Kahyangan, sekaligus menjadi awal kepahlawanan
Gatotkaca sang putra Bima.
Umat
sedharma yg penuh dengan waranugraha
Makanaya adalah :
Manusia yang lahir ke dunia
hendaknya bisa berguna bagi orang lain, idealnya dari mulai menghirup nafas di
bumi ini hingga akhir hayatnya bisa berguna bagi orang lain. Kelahiran anak
sudah pasti menjadi kebanggaan dari orangtua, apalagi jika sang anak benar-benar
bisa berguna dan berjasa bagi sesama. Untuk mencapai keberhasilan jangan
segan-segan menempa kemampuan anak sesuai dengan batas kemampuan anak tersebut,
sehingga bisa memaksimalkan seluruh bakat dan kemampuannya yang terpendam,
disamping itu tempaan yang diterima oleh anak akan menjadikannya kuat, tabah
dan dewasa dalam berfikir dan bertindak. Selain itu jika memegang amanat
handaklah bisa dipercaya dan tepat memberikannya kepada tujuan yang benar,
jangan sampai salah menyampaikan amanat dikarenakan akan menimbulkan malapetaka
diakhir kemudian. Seluruh perjuangan pasti membutuhkan pengorbanan.
Menurut ajaran agama Hindu
pendidikan dikelompokan menjadi tiga sentra utama yang dikenal dengan sebutan Tri
pusat pendidikan yaitu : (a) pendidikan keluarga, (b) pendidikan sekolah, (c)
pendidikan masyarakat.
a.
Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan pendidikan informal
yang tertua dan yang paling utama yang dialami oleh anak, karena dalam keluarga
inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan. Juga dikatakan utama
karena sebagian besar kehidupan anak dalam lingkungan keluarga sehingga
pendidikan paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
b.
Pendidikan sekolah
Pada dasarnya pendidikan di sekolah
adalah merupakan bagian dari pendidikan keluarga dan sekaligus merupakan
lanjutan dari pendidikan dalam keluarga pendidikan sekolah adalah merupakan
perantara bagi anak untuk menghubungkan kehidupan keluarga dan kehidupan
masyarakat kelak.
c.
Pendidikan masyarakat (organisasi)
Pendidikan masyarakat
merupakan lingkungan ketiga setelah pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah.
Di sinilah yg di maksud kawah candradimuka anak akan di godok dalam lingkungan
masyarakat untuk membuatnya kuat dan gagah dalam menghadapi segala persoalan
yang ada, karena Pendidikan di masyarakat ini biasanya dimulai setelah anak
lepas dari asuhan keluarga dan juga pendidikan sekolah, dengan demikian
seseorang harus belajar untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan masyarakat
yang pada umumnya memiliki corak ragam pendidikan yang banyak sekali meliputi
segala bidang pengertian-pengertian, sikap dan minat maupun masalah kesusilaan
dan keagamaan.
Umatsedharma
yg penuh cintah kasih
Dari
sedikit penjelasan di atas kita mendapat kesimpulan adalah bahwa bahwa
pendidikan sangatlah penting baik bagi diri individu maupun bagi sesama, maka
dari cerita kelahiran gatot kaca telah menunjukan dirinya bisa mengalahkan
musuhnya begitu juga kita pasti bisa mengikuti arus globalisasi dalam
masyarakat untuk menjadikan diri sebagai sosok yang lebih dewasa.
Maka
dari itu umat sedharma mari kita buktikan pada diri sendiri bahwa kita adalah
orng yg mampu dan bisa menghadapi kawah candradimuka sehingga membuat kita
menjadi dewasa.
Umat
sedharma yang penuh cintah dan kebahagiaan
Dengan
demikian yg sedikit saya sampaikan pada pesan dharma kali ini semoga menjadi
bermanfaat bagi kita semua
Om santih santih santih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar