Jumat, 08 Mei 2015

“PENDIDIKAN MEMBENTUK KEMAMPUAN YANG TERPENDAM” (KISAH KELAHIRAN GATOT KACA)



WACANA DHARMA (Pujawali)
“PENDIDIKAN MEMBENTUK KEMAMPUAN YANG TERPENDAM”
(KISAH KELAHIRAN GATOT KACA)
(Adi Winarno; Pura Halim Perdana Kusuma 3/5/2015)

“Om Swastyastu”
Umat sedharma yg penuh sayang
Ada bebrapa pendapat yang memberikan pengertian pendidikan yang dalam perumusanya dapat dibedakan secara sempit dan umum. Dalam arti sempit pendidikan adalah perbuatan yang sengaja dan sadar dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa dengan maksud untuk mempengaruhi. Sedangkan pendidikan dalam arti umum adalah kegiatan yang sengaja dilakukan seseorang kelompok terhadap seseorang atau kelompok orang yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan.
Pendidikan Agama Hindu pada dasarnya merupakan penunjang dalam mencapai cita-cita pembangunan dan tujuan nasional melalui pembangunan fisik dan mental spiritual. Pedoman pembinaan umat Hindu dari hasil persamuan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia tanggal 4 sampai 7 Februari 1988 “mengarahkan pembinaan umat hindu melalului pendekatan Dharma Agama.
Demikian pula mewujudkan Dharma Agama diarahkan kepada umat untuk mendalami menghayati ajaran agama, taat melaksanakan ajaran agama menjujung kitab suci dan menumbuhkan rasa kesetiakawanan sehingga mewujudkan tiga kerukunan hidup beragama yaitu : “kerukunan itern umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah.” (Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat, 1993 : 6)
Umat sedharma yg penuh kasih
1.      Seperti apa pendidikan yang berguna?
2.      Bagaimana cara mengaplikasikanya di masa kini?
Umat sedharma yang penuh kasih

Dalam kisah pewayangan jawa di sebutkan ketika dewi arimbi mengandung anak bima. Seluruh rakyat Pringgandani sangat bersukacita, dikarenakan anak ini akan menjadi generasi penerus sebagai Raja di Pringgandani bila Dewi Arimbi sudah tiada.
Saat itu seluruh putra Pandawa disertai Sri Batara Kresna tidak ketinggalan seluruh punakawan Semar, Astrajingga, Dawal dan Gareng berkumpul di Istana Pringgandani, mereka sedang berkumpul menunggu saat kelahiran sang putra Bima, dan akhirnya anak yang di nantikan telah lahir,di samping dewi arimbi yang masih di sertai dengan tali pusar yang belum terputus, di karenakan tidak ada senjata yang mampu memutuskan tali puser jabang tutuka tersebut, lalu ketka Bima mendengar hal tersebut, mengunakan Kuku Pancanaka tapi tidak mampu memotong tali puser jabang tutuka, lalu meminta bantuan saudara-saudaranya arjuna yang mengunakan berbagai senjata seperti, diikuti oleh Arjuna mencoba menggunakan seluruh senjatanya diawali dengan keris Pancaroba, keris Kalandah, panah Sarotama bahkan panah Pasopati semuanya gagal. Sri Batara Kresna yang saat itu hadir mencoba dengan senjata saktinya Cakra Udaksana, hanya menghasilkan percikan-percikan api ketika dicoba memotong tali ari-ari itu. Semuanya terbengong-bengong merasa takjub dan heran disertai rasa putus asa, Dewi Arimbi hanya bisa menangis melihat hal tersebut dirundung rasa khawatir jika anaknya harus membawa tali ari-ari hingga dewasa. Ditengah suasana tersebut tanpa diketahui sebelumnya Begawan Abiyasa yang tak lain kakek dari para Pandawa atau buyut dari Jabang Tutuka telah hadir ditempat tersebut, semua yang hadir memberikan sembah sungkem kepadanya. Begawan yang sakti mandraguna ini mengatakan bahwa tali ari-ari itu hanya akan bisa dipotong oleh senjata kadewatan yang berasal dari Batar Guru. Untuk itu Sang Begawan meminta Arjuna untuk pergi ke Kahyangan mencari senjata tersebut. Setelah mendapat perintah dari kakeknya dan meminta ijin kepada saudara-saudaranya Arjuna disertai oelh para punakawan segera menuju Kahyangan untuk mencari senjata yang dimaksud oleh Begawan Abiyasa, sedangkan Sang Begawan sendiri bergegas pulang kembali ke Padepokan setelah memberikan do’a serta merapal beberapa mantra untuk buyut / cicitnya tersebut.
Ketika di kayangan Arjuna kaget mendengar pernyataan Rsi Narada yang memberikan senjata Konto wijayadhanu kepada radeya dengan alasan di kiranya sang Arjuna, mendengar hal tersebut Arjuna langsung mengejar Radeya dan terjadilah perkelahian antara arjuna (putra Indra) dan Radeya (putra Surya) yang akhirnya Arjuna hanya mendapatkan sarungnya atau kerangkanya, sedang radeya mendapatkan senjatanya, ketika itu Arjuna dan Punakawan menghadap kepada Semar (Ismoyo) untuk melaporkan kejadian tersebt, lalu Semar menyatakan ini memang sudah di tuliskan bahwa kelak jabangtutukan Akan meninggal ketka bertempur melawan radeya atau Karna (Bharathayudha), karena senjata tersebut setelah memotong tali puser jabang tutuka tersebut langsung menjadi satu dng tubuhya, karena itu ketika senjata kunto wijayadanu masuk kesarungny yg menjadi satu dgn tubuh jabang tuttuka maka jabang tutuka yg kelak namanya Gatotkaca tersebut.
Setelah itu jabang tutuka di bawah ke khayangan oleh Arjuna untuk melawan Naga percona (yg mengalahkan para dewa), setelah itu jabang tutuka di taruh di dpan gerbang sorga untuk melawan Naga percona yg bengis, ketika naga percona tau, dia mengira bahwa bayi yg bisanya menangis untuk melawan raksasa yg sakti, lalu ketika bayi tersebut di angkat di depan matanya, bayi tersebut mengayunkan tanganya ke mata naga percona sehingga melukai matanya, spontan raksasa tersebut langsung membanting bayi tersebut hingga tewas, para deva was-was kalau Bima sampai tau kalau anaknya tewas di kayangan maka Bima akan murka, tapi Semar langsung berbisik pada Bhatara guru untuk menggodok jabang tutuka di kawah candradimukha, Yamadipati langsung menyiapkan persiapan, Selanjutnya para dewa disuruhnya melemparkan / mencampurkan senajata yang dimilikinya untuk membentuk tubuh Jabang Tutuka lebih kuat, lama-kelamaan terbentuklah tubuh satria gagah dari dalam godogan tersebut. Kemudian para dewa membirkannya pakaian dan perhiasan untuk Jabang Tutuka yang baru tersebut, selanjutnya diakarenakan dia mati belum waktunya berhasil dihidupkan kembali oleh Batar Guru.
Selain mendapat anugerah berupa pakaian, perhiasan dan senjata yang sudah membentuk tubuhnya Jabang Tutuka juga memperoleh beberanama dari para dewa diantaranya : Krincing Wesi, Kaca Negara, Purabaya, Kancing Jaya, Arimbi Suta, Bima Putra dan Gatotkaca. Nama terakhir inilah yang kemudian digunakan dalam dunia pewayangan. Dengan tampilan yang sangat beda dari sebelumnya Jabang Tutuka yang menggunakan nama baru Gatotkaca bertempur kembali dengan Naga Percona, dan akhirnya behasil merobek mulut dan tubuh Naga Percona menjadi dua bagian. Itulah akhir dari hidupnya Naga Percona yang membawa kedamaian di Kahyangan, sekaligus menjadi awal kepahlawanan Gatotkaca sang putra Bima.

Umat sedharma yg penuh dengan waranugraha
Makanaya adalah :
Manusia yang lahir ke dunia hendaknya bisa berguna bagi orang lain, idealnya dari mulai menghirup nafas di bumi ini hingga akhir hayatnya bisa berguna bagi orang lain. Kelahiran anak sudah pasti menjadi kebanggaan dari orangtua, apalagi jika sang anak benar-benar bisa berguna dan berjasa bagi sesama. Untuk mencapai keberhasilan jangan segan-segan menempa kemampuan anak sesuai dengan batas kemampuan anak tersebut, sehingga bisa memaksimalkan seluruh bakat dan kemampuannya yang terpendam, disamping itu tempaan yang diterima oleh anak akan menjadikannya kuat, tabah dan dewasa dalam berfikir dan bertindak. Selain itu jika memegang amanat handaklah bisa dipercaya dan tepat memberikannya kepada tujuan yang benar, jangan sampai salah menyampaikan amanat dikarenakan akan menimbulkan malapetaka diakhir kemudian. Seluruh perjuangan pasti membutuhkan pengorbanan.
Menurut ajaran agama Hindu pendidikan dikelompokan menjadi tiga sentra utama yang dikenal dengan sebutan Tri pusat pendidikan yaitu : (a) pendidikan keluarga, (b) pendidikan sekolah, (c) pendidikan masyarakat.
a.              Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan pendidikan informal yang tertua dan yang paling utama yang dialami oleh anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan. Juga dikatakan utama karena sebagian besar kehidupan anak dalam lingkungan keluarga sehingga pendidikan paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.
b.             Pendidikan sekolah
Pada dasarnya pendidikan di sekolah adalah merupakan bagian dari pendidikan keluarga dan sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga pendidikan sekolah adalah merupakan perantara bagi anak untuk menghubungkan kehidupan keluarga dan kehidupan masyarakat kelak.
c.              Pendidikan masyarakat (organisasi)
Pendidikan masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah pendidikan keluarga dan pendidikan sekolah. Di sinilah yg di maksud kawah candradimuka anak akan di godok dalam lingkungan masyarakat untuk membuatnya kuat dan gagah dalam menghadapi segala persoalan yang ada, karena Pendidikan di masyarakat ini biasanya dimulai setelah anak lepas dari asuhan keluarga dan juga pendidikan sekolah, dengan demikian seseorang harus belajar untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan masyarakat yang pada umumnya memiliki corak ragam pendidikan yang banyak sekali meliputi segala bidang pengertian-pengertian, sikap dan minat maupun masalah kesusilaan dan keagamaan.
Umatsedharma yg penuh cintah kasih
Dari sedikit penjelasan di atas kita mendapat kesimpulan adalah bahwa bahwa pendidikan sangatlah penting baik bagi diri individu maupun bagi sesama, maka dari cerita kelahiran gatot kaca telah menunjukan dirinya bisa mengalahkan musuhnya begitu juga kita pasti bisa mengikuti arus globalisasi dalam masyarakat untuk menjadikan diri sebagai sosok yang lebih dewasa.
Maka dari itu umat sedharma mari kita buktikan pada diri sendiri bahwa kita adalah orng yg mampu dan bisa menghadapi kawah candradimuka sehingga membuat kita menjadi dewasa.
Umat sedharma yang penuh cintah dan kebahagiaan
Dengan demikian yg sedikit saya sampaikan pada pesan dharma kali ini semoga menjadi bermanfaat bagi kita semua
Om santih santih santih




Tidak ada komentar: