Jumat, 23 Januari 2015

kepemimpinan panca pandawa



KEPEMIMPINAN
“LIMA SIFAT SERTA KEWAJIBAN SEORANG PEMIMPIN UNTUK MENCIPTAKAN PEMIMPIN-PEMIMPIN BARU”
(Oleh: Adi Winarno)
“Om Swastyastu”
I.  Pendahuluan
Masyarakat yang menunggu datangnya angin segar pembawa kesejukan dengan membawakan hasil yang lebih baik untuk kelangsungan hidup serta kesejateraan. Tampaknya yang lama dan tradisional dalam jaman Modernisasi dan Globalisasi ini masih mempunyai arti paradigma nilai konstektual. Sebaliknya, apa yang tradisional akan bernilai sendiri dalam kebaikan, sedang yang berbau modern belum tentu bernilai mulia, bila nilai modern itu sudah tidak bertemu lagi dengan nilai kepribadian bangsanya.
Keinginan untuk mewujudkan visi dan misi menuju kesejateraan akan terasa amat sulit bagi pemimpin yang  menghilangkan sifat-sifat mulia dari leluhurnya. Maka dari itu sifat leluhur harus terus ada karena pemimpin adalah generasi penerus dari leluhurnya.serta kewajiban yang harus di laksanakan. Dari permasalahan tersebut sehingga saya dapat mengambil judul. ”Lima Sifat Serta Kewajiban Seorang Pemimpin Untuk Menciptakan Pemimpin- Pemimpin Baru”.


Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang berbahagia.
1.   Bagaimanakah Sifat yang harus di miliki oleh seorang pemimpin menurut Agama Hindu?
2.   Konsep apa yang harus di terapkan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik untuk menuju kesejateraan bagi semua(Lokasamgraha)?
3.   Bagaimanakah peran seorang pemimpin untuk mempertahankan eksistensi kepemimpinanya?
 II. Pembahasan
Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh Umat sedharma yang penuh bhakti.              
Seorang pemimpin harus mampu mempersatukan lima sifat utama dari leluhurnya yang terdahulu dan tradisional yaitu sifat dari Panca Pandawa (Yudhistira, Bimasena, Arjuna, Nakula, Sahadewa). Karena sifat dari Panca Pandawa inilah yang mampu membuat seorang pemimpin menjadi orang yang di segani oleh masyarakat serta berpedoman pada Vasudaiwa Kutumbakam (semua makhluk adalah saudara). Untuk menjadi pemimpin yang baik harus berpedoman pada lima sifat tersebut yakni:
1)      Yudhistira (Aji) seorang pemimpin harus mempunyai sebuah ilmu pengetahuan yang suci sebagai kekuatan Dharma atau kebajikan (dengan symbol Ibu jari)
2)      Bimasena (Giri) seorang pemimpin haruslah kuat iman, teguh dalam kebenaran  sabar dan kuat dari ancaman apapun bagaian sebuah gunung yang tertiup angin masih kokoh dan tetap tegak (dengan symbol jari telunjuk).
3)      Arjuna (Jaya) seorang pemimpin itu Harus menang melawan musuh-musuhnya terutama musuh yang ada dalam dirinya yaitu Sadripu (dengan symbol jari tengah)
4)      Nakula (manga) seorang pemimpin harus tanggap dalam menghadapi kritik, cemoohan dan sejenisnya, tidak emosi dan tahu diri dalam menanggapinya (dengan symbol jari manis)
5)      Sahadewa (Priyambada) seorang pemimpin harus bisa membawa kebahagiaan, ketentraman, dan kesejateraan serta mengayomi demi terciptanya kedamaian batin bagi siapa saja dan masyarakat (dengan symbol jari kelinking).
Inilah lima sifat yang harus di ketahui, di pahami, serta di aplikasikan oleh seorang pemimpin kedalam masyarakat untuk mewujudkan cita-cita menuju kesejateraan baik pangan, sandang dan papan terpenuhi dengan baik oleh masyarakat seperti halnya dalam Canakya Nitisastra, XII.I8 yang berbunyi:

Dharmam dhanam ca dhanyanca, guror vacanam asudham
Sugrita ca kartavyam, anyatha tu jivati

Maksudnya adalah:
bahwa kalau ingin hidup sejaterah harus melindungi dan memelihara agama yang di anut (Dharma), kekayaan (dhana), bahan makanan (dhanyan), kata bijak seorang guru (guru vacana) dan kesehatan (ausadha) inilah yang harus di jaga kalau ingin sejaterah, kalau tidak di jaga maka jangan pernah mengharapkan kesejateraan.


Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang penuh karunia.
Pemimpin juga harus siap menjadi Tuntunan, Tatanan dan Totonan untuk memotivasi, mendorong, mempengaruhi, mengarahkan orang lain untuk bekerjasama guna mencapai tujuan masyarakat secara sukarela, mengutamakan tujuan dari seorang pemimpin adalah untuk menciptakan pemimpin-pemimpin baru untuk melanjutkan kepemimpinanya sebagai generasi penerus untuk menjaga keseimbangan dengan mendalami lima kewajiban seorang raja oleh Harjuna Sastrabahu (Panca Sthiti Dharmaning Prabhu)
1)      Tut wuri handayani, pemimpin harus senantiasa mampu berada di bawah untuk  memberikan dorongan atau motivasi kepada bawahanya serta masyarakatnya,  untuk melangkah ke depan tanpa ragu-ragu. Hal inilah yang di lakukan oleh Krsna yaitu senantiasa memberikan motivasi kepada Arjuna untuk melanjutkan perang melawan kaurawa. Serta mampu menciptakan pemimpin baru seperti yang di harapkan.
2)      Ing madya mangun karso, di tengah-tengah masyarakat, seorang pemimpin harus terjun memberikan bimbingan dan mengambil keputusan secara musyawarah, mufakat serta mengutamakan kepemimpinanya diatas kepentingan pribadi. Di dalam kehidupan sekarang, sosok seorang guru banyak menerapkan hal ini sebagai upaya mencerdaskan siswa siswinya.
3)      Ing ngarso sung tulodo, seorang pemimpin sebagai orang yang terdepan dan terpandang senantiasa memberikan contoh panutan yang baik dan benar sehingga dapat di jadikan suru teladan bagi masyarakat.
4)      Sakti tanpo Aji, seorang pemimpin tidaklah selalu mengutamakan kekuatan dan kekuasaan di dalam mengalahkan musuh-musunya namun berusaha mengutamakan pendekatan , pemeliharaan dan komunikasi (diplomasi) sehingga dapat menyadarkan dan di segani oleh lawanya.
5)      Nglurug tanpo bala, pemimpin adalah seorang ksatriya sejati, yang senantiasa bersedia secara ikhlas berada di depan dalam beryadnya, baik waktu, tenaga,  materi, pikiran, dan bahkan jiwanya sekalipun, untuk mencapai kesejateraan, keadilan, kemakmuran, dan kelangsungan hidup masyarakat.
Kelima konsep inilah yang telah di terapkan ke dalam berbagai segi pemerintahan di Indonesia, yang telah di gunakan oleh Presiden pertama yaitu Ir.Soekarno dan kemudian Presiden selanjutnya hingga sekarang yang masih menjabat. Sehingga dapat di katakan bahwa kepemimpinan sekarang tidak jauh beda dengan kepemimpinan jaman Bharathayudha yang sekarang masih di aplikasikan pada kepemimpinan sekarang.
Dalam Bhisma Parwa (jagathitha 23) yaitu nasehat Bhagavan Bhisma kepada Prabhu Yudhistira.  yang mempunyai arti:
Demikianlah Dharma yang sempurna engkau kerjakan sebagai raja untuk melindungi Negara, mengapa demikian, karena kasih sayangmu pada setiap makhluk itulah Dharma namanya, penampilan kasih sayang itulah yang harus kamu kerjakan untuk melindungi Negara, demikianlah seharusnya seorang raja bertingkah laku.
Potret kepemimpinan yang denmikian santun dan bijaksana serta tertib hukum dipertujukan oleh putra tertua dari pandawa tersebut sangat patut di teladani oleh pemimpin dunia sekarang. Setia terhadap yang di ucap, meskipun nyawa sebagai taruhanya. Sigap dalam menghadapi segala permasalahan, tidak egois hanya memetingkan keselamatan sendiri dan tidak selalu menggunakan emosi dalam bertindak.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang penuh kasih
Dari pemahan tersebut sudah jelas sekali bahwa seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan masyarakat seperti semboyan dan prinsip hidup seorang pemimpin Besar dan Proklamator Bung Karno :”Aku Mati untuk Negara dan Hidup bersama rakyat”. Sudah jelas dari semboyan tersebut pemimpin harus mengutamakan kepentingan rakyat dan melindunginya untuk menuju Jagadhita (kebahagiaan hidup) dan ketentraman baik jasmani maupun rohani. Tidak lupa juga pemimpin sebagai pencipta dan pengembang untuk  mencari pemimpin-pemimpin baru untuk melanjutkan kepemimpinanya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai sifat dan kewajiban seorang pemimpin sehingga kita dapat mengambil

III. kesimpulan:
Bahwa seorang pemimpin tidak boleh lupa akan sifat leluhurnya dan kewajiban  yang begitu mulia serta tidak boleh lupa diri, melupakan orang yang berjasa memilihnya bahkan menindas dan mengikat dengan kekuasaan. serta siap  senantiasa berada di bawah, tengah, dan depan karena harus terus menciptakan pemimpin baru untuk melanjutkan tujuan bersama dari seorang pemimpin yaitu kesejateraan bagi semua.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang berbahagia
Mari kita sebagai generasi penerus dari leluhur kita untuk tetap melanjutkan dan memperjuangkan tujuannya untuk kesejateraan sebagai kewajiban bersama

IV. Penutup
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita semua dari penjelasan mengenai kepemimpinan dengan judul “lima sifat serta kewajiban seorang pemimpin menciptakan pemimpin-pemimpin baru”
Demikian yang dapat kami sampaikan terima kasih atas kesempatan yang di berikan akhir kata dengan puja parama santi.
Om Santi, santi, santi om

Sumber :
I Nengah Mertha. 2009; ”Menggantang Hidup di Jaman Kali Yuga”, Jl.Sangalangit Penatih Denpasar Timur, Widya Dharma.

1 komentar:

KRODA mengatakan...

bagus sekali mas Adi Winarno saya menunggu tulisan - tulisan berikutnya