Kamis, 22 Januari 2015

HAMA KEMBAR YG MENGHANCURKAN KEDAMAIAN



PURNAMA
“HAMA YANG MENGHANCURKAN KEDAMAIAN”
( Oleh : Adi Winarno STAH DNJ )
(Pura Aditya Jaya, Rawamangun 14-02-2014)

“Om swastyastu”
Semua manusia mencari-cari yang namaya kedamaian, tetapi kedamaian itu tidak kunjung datang. Fenomena yang terjadi adalah kedamaian itu terkikis dan termakan penyakit yang ada dalam setiap orang, penyakit itu adalah kedengkian (iri hati) dan kebencian.
Kebanyakan orang akan menjadi dengki dan benci pada orang yang lebih sukses dari pada yang kurang sukses dan kurang mensyukuri, sudah menjadi kenyataan bahwa kita kurang menyadari siapa kita dan siapa orang lain itu.
Kebencian dan kedengkian adalah sebuah penyakit yang menyengsarakan setiap orang dan menghancurkan kualitas manusia yang di pengaruhi oleh kedengkian dan kebencian. Dengan sedikit pemaparan diatas sehingga saya tertarik dengan mengambil judul pada pesan Dharma hari ini yaitu “Hama Yang Menghancurkan Kedamaian”. Adapun yang akan saya sampaikan adalah
1.      Apa yang di maksud dengan hama dalam diri setiap orang?
2.      Bagaimana cara mengatasi hama tersebut?
Umat Sedharma yang penuh waranugaha
Kebencian dapat di ibaratkan sebuah hama, dan kedengkian dapat di ibaratkan sejenis hama yang lain. Dua hama kembar ini bersama-sama dapat menghancurkan sebuah pohon. Coba kita bayangkan sebuah pohon yang menghijau, sedang berbungah dan berbuah, sangat indah di pandang mata. Bila suatu hama memakan akarnya, dalam beberapa hari saja pohon ini akan kering. Salah satu hama menyerang akar dan hama yang lain merusak batang dan daun. Yang satu berusaha membinasakan kehidupan pohon dan yang satu merusak keindahan pohon. Keduanya saling melengkapi.
Umat sedharma yang penuh kasih
Kalau tidak ada kedengkian maka tidak ada kebencian. Bila timbul kebencian maka kita akan menemukan kedengkian bersembunyi di baliknya. Kebencian memiliki bentuk tertentu ia muncul dengan berbagai cara. Sedangkan kedengkian tidak memiliki bentuk; ia tetap tersembunyi di balik permukaan. Ada di katakan bahwa tiada seorangpun di dunia ini yang tidak mempunyai rasa dengki; setidak-tidaknya ada sedikit kecendrungan untuk merasa iri pada setiap manusia. Untuk menjamin agar kedengkian  dan kebencian ini agar tidak masuk dalam diri kita, kita harus mengembangkan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Bila kasih tanpa ego ini bersemi dalam diri kita, maka tidak ada lagi tempat untuk bersarang bagi kedengkian dan kebencian. Bila kedengkian dan kebencian itu terbuang jauh-jauh kita akan mengalami kebahagiaan yang sesungguhnya.
Umat sedharma yang penuh keindahan
Seperti dalam bhagavadgita XII-13
Advesta sarva-bhutanam, maitrah karuna eva ca,
Nirmamo nirahamkarah, sama-dukhah ksami.
Artinya: dia yang tidak membenci segala makhluk, bersahabat dan cintah kasih, bebas dari           keakuhan dan keangkuhan, sama dalam sukha dan dukha, pemberi maaf.
Kasih juga adalah Keindahan adalah suatu bentuk kebahagian. Di mana ada keindahan kita akan mendapatkan juga kegembiraan. Sesuatu yang indah adalah kegembiraan yang tiada putusnya. Kita semua telah mengetahui bagaimana semua benda itu mengalami perubahan. Mari kita bayangkan semua benda mengalami perubahan ini, berapa lama bendah-bendah itu akan indah? Hanya sesuatu yang tidak berubah dapat mempunyai keindahan. Eksistensi yang abadi yang tidak berubah yang dalam Upanisad di sebut BRAHMAN, karena itu hanya Brahmanlah yang tetap indah. Tugas bhakta yang paling penting adalah meminum madu kebahagiaan yang mengalir dari keindahan itu. Untuk meminum dan memuaskan diri kita dengan ketuhanan yang begitu  penuh dengan keindahan. Untuk mengembangkan keindahan kita harus membuang kelemahan dan kekurangan yang membusuk dalam diri kita. Kedengkian misalnya; dapat masuk walaupun dalam hubungan dengan Tuhan. Ada suatu contoh mengenai hal ini.
Pada suatu hari Arjuna menghadapi Bisma. Dalam pertempuran itu Bhisma melepas sejumblah panah yang amat sakti dan mengerikan,  mengenai kereta Arjuna, tetapi tidak melukai Arjuna. Tidak ada yang menang dalam pertempuran itu hingga akhirnya Bhisma jatuh dari keretanya. Pada saat itu Arjuna menyatakan kemenanganya atas pertempuran yang berlansung itu. Arjuna senantasa bertakwa kepada Tuhan, tetapi pada saat itu Arjuna sedikit sombong karena hanya dialah yang menyebabkan kemenangan dalam pertempuran itu, ia yakin hanya dialah yang membawa kemenangan, sedangkan Krsna hanya mengendalikan kereta.
Ketika itu matahari sudah mulai terbenam, mereka pulang ke perkemahan Pandawa Krsna menghentikan keretanya agak jauh dari perkemahan Pandawa ia berpaling pada Arjuna dan berkata” Arjuna silakan turun dan pergilah ke tenda,” Arjuna yang di ikuti rasa ke akuhan, berkata dalam hati, “akulah yang memimpin, Krsna hanya kusirku; ia harus turun lebih dulu dan membukakan pintu untuku. karena aku adalah majikanya, itulah aturanya yang benar. “Arjuna berkata kepada Sri krsna “kakanda, silakan kakanda turun lebih dulu” tetapi Krsna berkata lebih tegas, “Tidak Arjuna, engkau turun lebih dahulu.” Perbantahan ini berlangsung beberapa lama.
Arjuna mengalami pikiran yang agak gelap; ia mulai merasa cemburu pada Krsna. Arjuna berfikir, selama ini aku merasa Krsna adalah orang yang agung, tentunya karena aku memujinya dan mengaguminya maka ia sekarang bersikap seperti ini, seakan akan ia lebih penting. Ya, itu salahku sendiri. Tetapi, perang akan terus berlangsung, aku harus bertempur dan aku memerlukan Krsna, jadi sebaiknya aku tidak memiliki rasa permusuhan dengan dia. Itu tidak baik untuk kepentinganku sendiri.” Maka dengan engan Arjuna turun lebih dulu, setelah turun ia berdiri di sebelah kereta, Krsna terus menyuruh Arjuna “jangan berdiri di sini. Pergilah ke tenda.” Karena tidak ada pilihan lain, Arjuna memasuki tenda. Krsna melompat serta lari menjauhi kereta. Begitu Krsna keluar, kereta meledak dan terakar hinga habis menjadi abu.
Yudhistira dan Arjuna yang menyaksikan dari jauh bertanya kepada Krsna,” apa yang terjadi? Apa yang menyebabkan hal itu? Krsna menjawab ,”Arjuna , tidak seorangpun dapat berharap bisa mengerti tindakan Tuhan. Bagi Tuhan tidak ada sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada egoisme. Melindungi bhakta adalah kewajiban-Ku. Membesarkan hati dan mendatangkan faedah bagi bhakta adalah jalan satu-satunya tujuan-Ku. Semua senjata dasyat yang di lepaskan oleh Bhisma yang masuk ke dalam kereta, Ku buat tidak berbahaya karena KU injak dengan kaki-Ku, selamah panah-panah itu di bawa telapak kaki-Ku senjata itu tidak dapat membahayakan engkau. Jika aku turun dari kereta lebih dahulu, senjata itu akan menhancurkan engkau berserta kereta itu. Engkau akan menadi abu. Karena tidak menyadari kebenaran ini, engkau menyuruh Aku turun lebih dahulu.”  Ketika Arjuna mendengar kata-kata Krsna itu, ia menyadari kecongkakan dan kebodohanya. Tadinya ia memperlihatkan tanda-tanda kedengkian.
Umat sedharma yang penuh dengan bhakti
Ada sejumblah kedengkian yang menonjol. Kedengkian timbul bila kita berhubungan dengan orang yang lebih terkenal dari pada kita. Kedengkian akan bersemi bila kita berjumpa dengan orang yang lebih kaya dari pada kita, juga kita akan merasa dengki bila berjumpa dengan orang yang lebih cantik atau lebih tampan dari pada kita. Jika ada murid lain yang lebih tinggi nilainya dari pada kita maka kedengkian akan muncul ke permukaan. Sudah merupakan kelemahan kebanyakan orang memiliki rasa benci terhadap orang yang melebihinya dalam hal kekayaan, kedudukan, kecantikan ,kecerdasan dan sebagainya. Pada saat kedengkian timbul pada seseorang, semua kebajikan yang telah di bina sejak lama akan hilang lenyap. Sifat dengki bukanya tidak berbahaya bagi seseorang. Sifat itu menghancurkan semua sifat mulia yang ada pada diri setiap orang. Dengki menimbulkan sifat raksasa, ia menghancurkan sifat kemanusiaan dan menguatkan sifat kebinatangan. Sifat itu tidak peduli kanan kiri dan tidak ada rasa enggan. Karena itu, setiap orang pertama-tama harus menjaga sifat dengki jangan sampai bersarang dalam diri kita. Kita harus merasa senang atas kemakmuran orang lain (memang susah tapi itu harus kita jalani), kita harus bahagia atas kesejateraan orang lain. Inilah kebajikan yang harus kita lakukan sebagai umat Hindu. Inilah yang di ajarkan oleh Bhagavadgita; mengiginkan agar orang lain sejahterah dan bhiagia adalah sifat mulia dan sangat penting yang harus di milik oleh stiap orang.
Umat sedharma yang penuh kasih sayang
Mungkin kita mengira bahwa kedengkian akan menghancurkan orang lain, sesungguhnya ia menghancurkan kita sendiri, bukan orang lain. Sifat itu menyebabkan kita sakit. Kita tidak bisa tidur nyenyak; kita tidak bisa makan enak. Meskipun pada mulanya kita sehat benar, segala macam penyakit bisa timbul karena kedengkian. Kedengkian itu ibaratkan penyakit dalam ; seperti TBC merayap dan mengeroggoti dari dalam, begitu pula kedengkian akan melemahkan kita tanpa kita sadari. Sifat ini masuk kedalam diri kita dengan berbagai cara dan akhirnya menhancurkan diri kita.
Kedengkian adalah penyakit yang ganas yang tidak boleh kita biarkan tmbuh dalam diri kita. Kita harus merasa bahwa Brahman akan melimpahkan waranugrahanya  kepada kita walaupun kita menduduki jabatan yang kurang penting, tidak seperti yang kita harapkan. Kita harus bahagia terhadap kebahagian orang lain; kita harus senang mendengar keberhasilan mereka dan tidak bersedih hati hanya karena tidak mempunyai apa yang di puyai orang lain. Kedengkin merajalela dalam jaman kali ini. Kedengkian ada pada semua jenis manusia, baik ia seorang yogi, bogi, atau rogi yaitu orang yang di anggap suci, orang awam, atau orang sakit, dan orang yang tidak kenal aturan. Kebanyakan karena rasa dengki manusia tidak dapat ketentraman hati dan menyia-yiakan hidupnya. Ada sebuah cerita.
Pada suatu hari ada seorang Brahmana pergi meminta sedekah, beliau hampir tiba di suatu dusun tempat tinggal beberapa murid beliau. Semua orang di kampung ini menyayangi dan menghormati beliau. Tetapi, ketika hmpir sampai pada perbatasan kampung itu, beberapa anak muda urakan yang kebetulan bergerombol di sana mencela beliau karena agak heran dengan kejadian ini, beliau berhenti lalu duduk di atas batu. Beliau berkata kepada mereka, “ya, anak-anak, kesenangan apa yang kalian dapat dengan mencela aku?” tanpa memberi alasan apapun mereka semakin menjadi mencela Brahmana itu. Beliau berkata “teruskan kalian semua” mereka terus saja mecela hingga pada akhirnya mereka capek sendiri dengan caci maki mereka dan akhirnya pergi.
Sebelum mereka pergi sang Brahmana berkata “anak-anak aku ingin memberi tahu engkau sekalian. Di kampung yang akan aku tuju, semua orang sangat mencintaiKu; kalau saja mereka mendengar kalian mencela aku dengan kasar seperti itu, mereka akan menghukum kalian semua. Untuk menyelamatkan kalian dari bahaya itu , aku duduk di sisni dan membiarkan kalian mencela terus. Jadi sesunggunya aku memberikan kalian hadiah yang sanagat besar. Bila ingin mengembirakan orang biasanya kita harus mengeluarkan biaya besar dan membuat bebagai persiapan, namun tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun, tanpa susah-susah aku telah memberikan kalian banyak kesenangan dan membiarkan kalian mencaci maki aku. Maka tentunya akulah yang menyebabakan kegembiraan kalian. Tanpa persiapan aku telah berasil memuaskan banyak orang; jadi kalian tahu, bukaanya aku sedi mendengar celaan kalian, melainkan aku merasa bahagia karena aku bisa memberikan kalian kebahagiaan.
Umat sedharma yang penuh kebahagiaan
Dalam bentuk apa Tuhan datang memperbaiki pribadi yang di liputi oleh kedengkian dan egoisme, tidak dapat diramalkan. Beliau mugkin bisa menyamar sebagai apa saja dan di mana saja. Kita harus berhati-hati jangan sampai di liputi keakuhan dan hama kembarnya: kebencian dan kedengkian. Kalau sifst-sifat itu bersarang pada diri kita, akan sulit menghilangkanya, kita tidak akan dapat membasmi kedengkian dengan membaca kitab suci saja. Melainkan dengan tekad dan usaha yang tekun untuk mengubah pikran dan mengembangkan cintah kasih yang tidak mementingkan diri sendiri, kita dapat membinasakan semua hama ini dan menyerakan segala pikiran buruk kita di kaki Tuhan. Selama kita di liputi kedengkian, kita tidak akan bersinar. Segala kebajikan yang ada pada diri kita akan di musnakan oleh rasa dengki. Gita mengajarkan bahwa latihan Rohani yang utama ialah mengembangkan kebajikan dan menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari; dengan demikian kita akan menciptakan iklim yang baik bagi kita. Bila hidup kita di penuhi kebajikan, kita akan dapat menghayati prinsip atma. Tetapi jika kita atidak mengembangkan sifat-sifat yang baik dan mulia serta mengamalkanya terus menerus dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan dapat memahami Tuhan.
Umat sedharma yang penuh kebahagiaan
Dari penjelasan tersebut sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kedengkian dan kebencian adalah penyakit yang berbahaya yang ada dalam masing-masing orang yang harus di buang jauh-jauh dan tidak boleh tumbuh sama sekali supaya kita mendapat kedamaian yang selama ini kita dambakan
Dengan demikian mari kita umat sedharma untuk membuang kedengkian dan kebencian dengan menumbuhkan cintah kasih yang tidak mementingkan diri sendiri, untuk menuju hari esok yang lebih dami dari hari-hari kemarin.
Demikian yang sedikit saya sampaikan pada pesan dharma hari semoga pesan dharma ini dapat bermanfaat bagi kita semua, serta mampu memberikan bahan renungan dan juga motivasi untuk memperbaiki semua kesalahan yang telah kita lakukan selama ini
Saya akhiri dengan puja parama santih
“Om santhi santhi santhi om”



Tidak ada komentar: