PURNAMA
“HAMA YANG
MENGHANCURKAN KEDAMAIAN”
( Oleh : Adi Winarno STAH DNJ )
(Pura Aditya Jaya, Rawamangun
14-02-2014)
“Om
swastyastu”
Semua
manusia mencari-cari yang namaya kedamaian, tetapi kedamaian itu tidak kunjung
datang. Fenomena yang terjadi adalah kedamaian itu terkikis dan termakan
penyakit yang ada dalam setiap orang, penyakit itu adalah kedengkian (iri hati)
dan kebencian.
Kebanyakan
orang akan menjadi dengki dan benci pada orang yang lebih sukses dari pada yang
kurang sukses dan kurang mensyukuri, sudah menjadi kenyataan bahwa kita kurang
menyadari siapa kita dan siapa orang lain itu.
Kebencian
dan kedengkian adalah sebuah penyakit yang menyengsarakan setiap orang dan
menghancurkan kualitas manusia yang di pengaruhi oleh kedengkian dan kebencian.
Dengan sedikit pemaparan diatas sehingga saya tertarik dengan mengambil judul
pada pesan Dharma hari ini yaitu “Hama
Yang Menghancurkan Kedamaian”. Adapun yang akan saya sampaikan adalah
1. Apa
yang di maksud dengan hama dalam diri setiap orang?
2. Bagaimana
cara mengatasi hama tersebut?
Umat Sedharma yang penuh waranugaha
Kebencian
dapat di ibaratkan sebuah hama, dan kedengkian dapat di ibaratkan sejenis hama
yang lain. Dua hama kembar ini bersama-sama dapat menghancurkan sebuah pohon.
Coba kita bayangkan sebuah pohon yang menghijau, sedang berbungah dan berbuah,
sangat indah di pandang mata. Bila suatu hama memakan akarnya, dalam beberapa
hari saja pohon ini akan kering. Salah satu hama menyerang akar dan hama yang
lain merusak batang dan daun. Yang satu berusaha membinasakan kehidupan pohon
dan yang satu merusak keindahan pohon. Keduanya saling melengkapi.
Umat sedharma yang penuh kasih
Kalau
tidak ada kedengkian maka tidak ada kebencian. Bila timbul kebencian maka kita
akan menemukan kedengkian bersembunyi di baliknya. Kebencian memiliki bentuk
tertentu ia muncul dengan berbagai cara. Sedangkan kedengkian tidak memiliki
bentuk; ia tetap tersembunyi di balik permukaan. Ada di katakan bahwa tiada
seorangpun di dunia ini yang tidak mempunyai rasa dengki; setidak-tidaknya ada
sedikit kecendrungan untuk merasa iri pada setiap manusia. Untuk menjamin agar
kedengkian dan kebencian ini agar tidak
masuk dalam diri kita, kita harus mengembangkan kasih yang tidak mementingkan
diri sendiri. Bila kasih tanpa ego ini bersemi dalam diri kita, maka tidak ada
lagi tempat untuk bersarang bagi kedengkian dan kebencian. Bila kedengkian dan
kebencian itu terbuang jauh-jauh kita akan mengalami kebahagiaan yang
sesungguhnya.
Umat
sedharma yang penuh keindahan
Seperti dalam bhagavadgita
XII-13
Advesta
sarva-bhutanam, maitrah karuna eva ca,
Nirmamo
nirahamkarah, sama-dukhah ksami.
Artinya:
dia
yang tidak membenci segala makhluk, bersahabat dan cintah kasih, bebas
dari keakuhan dan keangkuhan,
sama dalam sukha dan dukha, pemberi maaf.
Kasih
juga adalah Keindahan adalah suatu bentuk kebahagian. Di mana ada keindahan
kita akan mendapatkan juga kegembiraan. Sesuatu yang indah adalah kegembiraan
yang tiada putusnya. Kita semua telah mengetahui bagaimana semua benda itu
mengalami perubahan. Mari kita bayangkan semua benda mengalami perubahan ini,
berapa lama bendah-bendah itu akan indah? Hanya sesuatu yang tidak berubah
dapat mempunyai keindahan. Eksistensi yang abadi yang tidak berubah yang dalam Upanisad
di sebut BRAHMAN, karena itu hanya Brahmanlah yang tetap indah. Tugas bhakta yang paling penting adalah meminum madu kebahagiaan yang mengalir dari
keindahan itu. Untuk meminum dan memuaskan diri kita dengan ketuhanan yang
begitu penuh dengan keindahan. Untuk
mengembangkan keindahan kita harus membuang kelemahan dan kekurangan yang
membusuk dalam diri kita. Kedengkian misalnya; dapat masuk walaupun dalam
hubungan dengan Tuhan. Ada suatu contoh mengenai hal ini.
Pada
suatu hari Arjuna menghadapi Bisma. Dalam pertempuran itu Bhisma melepas
sejumblah panah yang amat sakti dan mengerikan,
mengenai kereta Arjuna, tetapi tidak melukai Arjuna. Tidak ada yang menang
dalam pertempuran itu hingga akhirnya Bhisma jatuh dari keretanya. Pada saat
itu Arjuna menyatakan kemenanganya atas pertempuran yang berlansung itu. Arjuna
senantasa bertakwa kepada Tuhan, tetapi pada saat itu Arjuna sedikit sombong
karena hanya dialah yang menyebabkan kemenangan dalam pertempuran itu, ia yakin
hanya dialah yang membawa kemenangan, sedangkan Krsna hanya mengendalikan
kereta.
Ketika
itu matahari sudah mulai terbenam, mereka pulang ke perkemahan Pandawa Krsna
menghentikan keretanya agak jauh dari perkemahan Pandawa ia berpaling pada Arjuna
dan berkata” Arjuna silakan turun dan pergilah ke tenda,” Arjuna yang di ikuti
rasa ke akuhan, berkata dalam hati, “akulah yang memimpin, Krsna hanya kusirku;
ia harus turun lebih dulu dan membukakan pintu untuku. karena aku adalah
majikanya, itulah aturanya yang benar. “Arjuna berkata kepada Sri krsna
“kakanda, silakan kakanda turun lebih dulu” tetapi Krsna berkata lebih tegas,
“Tidak Arjuna, engkau turun lebih dahulu.” Perbantahan ini berlangsung beberapa
lama.
Arjuna
mengalami pikiran yang agak gelap; ia mulai merasa cemburu pada Krsna. Arjuna
berfikir, selama ini aku merasa Krsna adalah orang yang agung, tentunya karena
aku memujinya dan mengaguminya maka ia sekarang bersikap seperti ini, seakan
akan ia lebih penting. Ya, itu salahku sendiri. Tetapi, perang akan terus
berlangsung, aku harus bertempur dan aku memerlukan Krsna, jadi sebaiknya aku
tidak memiliki rasa permusuhan dengan dia. Itu tidak baik untuk kepentinganku
sendiri.” Maka dengan engan Arjuna turun lebih dulu, setelah turun ia berdiri
di sebelah kereta, Krsna terus menyuruh Arjuna “jangan berdiri di sini.
Pergilah ke tenda.” Karena tidak ada pilihan lain, Arjuna memasuki tenda. Krsna
melompat serta lari menjauhi kereta. Begitu Krsna keluar, kereta meledak dan
terakar hinga habis menjadi abu.
Yudhistira
dan Arjuna yang menyaksikan dari jauh bertanya kepada Krsna,” apa yang terjadi?
Apa yang menyebabkan hal itu? Krsna menjawab ,”Arjuna , tidak seorangpun dapat
berharap bisa mengerti tindakan Tuhan. Bagi Tuhan tidak ada sifat mementingkan
diri sendiri, tidak ada egoisme. Melindungi bhakta adalah kewajiban-Ku.
Membesarkan hati dan mendatangkan faedah bagi bhakta adalah jalan satu-satunya
tujuan-Ku. Semua senjata dasyat yang di lepaskan oleh Bhisma yang masuk ke
dalam kereta, Ku buat tidak berbahaya karena KU injak dengan kaki-Ku, selamah
panah-panah itu di bawa telapak kaki-Ku senjata itu tidak dapat membahayakan
engkau. Jika aku turun dari kereta lebih dahulu, senjata itu akan menhancurkan
engkau berserta kereta itu. Engkau akan menadi abu. Karena tidak menyadari
kebenaran ini, engkau menyuruh Aku turun lebih dahulu.” Ketika Arjuna mendengar kata-kata Krsna itu,
ia menyadari kecongkakan dan kebodohanya. Tadinya ia memperlihatkan tanda-tanda
kedengkian.
Umat sedharma yang penuh dengan
bhakti
Ada
sejumblah kedengkian yang menonjol. Kedengkian timbul bila kita berhubungan
dengan orang yang lebih terkenal dari pada kita. Kedengkian akan bersemi bila
kita berjumpa dengan orang yang lebih kaya dari pada kita, juga kita akan
merasa dengki bila berjumpa dengan orang yang lebih cantik atau lebih tampan
dari pada kita. Jika ada murid lain yang lebih tinggi nilainya dari pada kita
maka kedengkian akan muncul ke permukaan. Sudah merupakan kelemahan kebanyakan
orang memiliki rasa benci terhadap orang yang melebihinya dalam hal kekayaan,
kedudukan, kecantikan ,kecerdasan dan sebagainya. Pada saat kedengkian timbul
pada seseorang, semua kebajikan yang telah di bina sejak lama akan hilang lenyap.
Sifat dengki bukanya tidak berbahaya bagi seseorang. Sifat itu menghancurkan
semua sifat mulia yang ada pada diri setiap orang. Dengki menimbulkan sifat
raksasa, ia menghancurkan sifat kemanusiaan dan menguatkan sifat kebinatangan.
Sifat itu tidak peduli kanan kiri dan tidak ada rasa enggan. Karena itu, setiap
orang pertama-tama harus menjaga sifat dengki jangan sampai bersarang dalam
diri kita. Kita harus merasa senang atas kemakmuran orang lain (memang
susah tapi itu harus kita jalani), kita harus bahagia atas kesejateraan orang
lain. Inilah kebajikan yang harus kita lakukan sebagai umat Hindu. Inilah yang
di ajarkan oleh Bhagavadgita; mengiginkan agar orang lain sejahterah dan
bhiagia adalah sifat mulia dan sangat penting yang harus di milik oleh stiap
orang.
Umat sedharma yang penuh kasih
sayang
Mungkin
kita mengira bahwa kedengkian akan menghancurkan orang lain, sesungguhnya ia
menghancurkan kita sendiri, bukan orang lain. Sifat itu menyebabkan kita sakit.
Kita tidak bisa tidur nyenyak; kita tidak bisa makan enak. Meskipun pada
mulanya kita sehat benar, segala macam penyakit bisa timbul karena kedengkian.
Kedengkian itu ibaratkan penyakit dalam ; seperti TBC merayap dan mengeroggoti
dari dalam, begitu pula kedengkian akan melemahkan kita tanpa kita sadari.
Sifat ini masuk kedalam diri kita dengan berbagai cara dan akhirnya
menhancurkan diri kita.
Kedengkian
adalah penyakit yang ganas yang tidak boleh kita biarkan tmbuh dalam diri kita.
Kita harus merasa bahwa Brahman akan melimpahkan waranugrahanya kepada kita walaupun kita menduduki jabatan
yang kurang penting, tidak seperti yang kita harapkan. Kita harus bahagia
terhadap kebahagian orang lain; kita harus senang mendengar keberhasilan mereka
dan tidak bersedih hati hanya karena tidak mempunyai apa yang di puyai orang
lain. Kedengkin merajalela dalam jaman
kali ini. Kedengkian ada pada semua jenis manusia, baik ia seorang yogi, bogi, atau rogi yaitu orang yang di anggap suci, orang awam, atau orang sakit,
dan orang yang tidak kenal aturan. Kebanyakan karena rasa dengki manusia tidak
dapat ketentraman hati dan menyia-yiakan hidupnya. Ada sebuah cerita.
Pada
suatu hari ada seorang Brahmana pergi meminta sedekah, beliau hampir tiba di
suatu dusun tempat tinggal beberapa murid beliau. Semua orang di kampung ini
menyayangi dan menghormati beliau. Tetapi, ketika hmpir sampai pada perbatasan
kampung itu, beberapa anak muda urakan yang kebetulan bergerombol di sana
mencela beliau karena agak heran dengan kejadian ini, beliau berhenti lalu
duduk di atas batu. Beliau berkata kepada mereka, “ya, anak-anak, kesenangan
apa yang kalian dapat dengan mencela aku?” tanpa memberi alasan apapun mereka
semakin menjadi mencela Brahmana itu. Beliau berkata “teruskan kalian semua”
mereka terus saja mecela hingga pada akhirnya mereka capek sendiri dengan caci
maki mereka dan akhirnya pergi.
Sebelum
mereka pergi sang Brahmana berkata “anak-anak aku ingin memberi tahu engkau
sekalian. Di kampung yang akan aku tuju, semua orang sangat mencintaiKu; kalau
saja mereka mendengar kalian mencela aku dengan kasar seperti itu, mereka akan menghukum
kalian semua. Untuk menyelamatkan kalian dari bahaya itu , aku duduk di sisni
dan membiarkan kalian mencela terus. Jadi sesunggunya aku memberikan kalian
hadiah yang sanagat besar. Bila ingin mengembirakan orang biasanya kita harus
mengeluarkan biaya besar dan membuat bebagai persiapan, namun tanpa
mengeluarkan biaya sepeserpun, tanpa susah-susah aku telah memberikan kalian
banyak kesenangan dan membiarkan kalian mencaci maki aku. Maka tentunya akulah
yang menyebabakan kegembiraan kalian. Tanpa persiapan aku telah berasil
memuaskan banyak orang; jadi kalian tahu, bukaanya aku sedi mendengar celaan
kalian, melainkan aku merasa bahagia karena aku bisa memberikan kalian
kebahagiaan.
Umat sedharma yang penuh kebahagiaan
Dalam
bentuk apa Tuhan datang memperbaiki pribadi yang di liputi oleh kedengkian dan
egoisme, tidak dapat diramalkan. Beliau mugkin bisa menyamar sebagai apa saja
dan di mana saja. Kita harus berhati-hati jangan sampai di liputi keakuhan dan
hama kembarnya: kebencian dan kedengkian. Kalau sifst-sifat itu bersarang pada
diri kita, akan sulit menghilangkanya, kita
tidak akan dapat membasmi kedengkian dengan membaca kitab suci saja.
Melainkan dengan tekad dan usaha yang tekun untuk mengubah pikran dan
mengembangkan cintah kasih yang tidak mementingkan diri sendiri, kita dapat
membinasakan semua hama ini dan menyerakan segala pikiran buruk kita di kaki
Tuhan. Selama kita di liputi kedengkian, kita tidak akan bersinar. Segala
kebajikan yang ada pada diri kita akan di musnakan oleh rasa dengki. Gita
mengajarkan bahwa latihan Rohani yang utama ialah mengembangkan kebajikan dan menerapkanya dalam kehidupan
sehari-hari; dengan demikian kita akan menciptakan iklim yang baik bagi kita.
Bila hidup kita di penuhi kebajikan, kita akan dapat menghayati prinsip atma.
Tetapi jika kita atidak mengembangkan sifat-sifat yang baik dan mulia serta
mengamalkanya terus menerus dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan dapat
memahami Tuhan.
Umat sedharma yang penuh
kebahagiaan
Dari
penjelasan tersebut sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kedengkian dan kebencian adalah
penyakit yang berbahaya yang ada dalam masing-masing orang yang harus di buang
jauh-jauh dan tidak boleh tumbuh sama sekali supaya kita mendapat kedamaian
yang selama ini kita dambakan
Dengan
demikian mari kita umat
sedharma untuk membuang kedengkian dan kebencian dengan menumbuhkan cintah
kasih yang tidak mementingkan diri sendiri, untuk menuju hari esok yang lebih
dami dari hari-hari kemarin.
Demikian
yang sedikit saya sampaikan pada pesan dharma hari semoga pesan dharma ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, serta mampu memberikan bahan renungan dan
juga motivasi untuk memperbaiki semua kesalahan yang telah kita lakukan selama
ini
Saya
akhiri dengan puja parama santih
“Om santhi santhi
santhi om”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar