Senin, 03 Februari 2014

Dharma Wacana "KUNCI JAMAN KALI YUGA ADALAH KASIH"



PURNAMA
‘KUNCI DI JAMAN KALI YUGA ADALAH KASIH’
(Oleh: Adi Winarno)
( Pura Aditya Jaya, Rawamangun 26/03/2013 )
“Om swastyastu”
Perubahan jaman yang mempengaruhi tingkah laku dan sifat manusia yang juga mengikuti jaman modernisasi dan globalisasi, (kali yuga) menurut Hindu. yang akibatnya manusia menghilangkan identitasnya (kacang lali kulite) sebagai manusia demi untuk memenuhi nafsu dan egonya yang terikat pada keinginan yang tak terkendali sehingga tindakan kekerasanpun terjadi karena hal yang paling di hargai manusia adalah kekayaan. Kasih manusia hilang karena salah satunya adalah karena kekayaan, ironisnya para orang suci ,pemberani, hebat bahkan cendekiawan tidak sedikit yang mengabdi pada orang kaya (banyak uang). Sebuah kenyataan bahwa uang sangat penting bagi manusia.
Setiap hari kita saksikan peristiwa kekerasan sebagai sebuah kenyataan. Peristiwa itu bisa di  lihat langsung, atau melalui tayangan media cetak maupun media elektronik. Kekerasan dapat di lakukan oleh siapa saja. Oleh orang berpendidikan maupun orang yang tidak bersekolah, orang kota maupun orang desa. Kekerasan bisa terjadi di rumah, di tempat yang ramai, dan di jalan raya. Perilaku kasar dan kata-kata kasar ternyata tidak mengenal tempat dan waktu. Jangankan di masyarakat, bahkan di parlemenpun juga terlihat hal yang sama; para wakil rakyat berteriak, menahan dan menggebrak meja. Seolah manusia, makhluk yang menpunyai sabda,bayu, dan idep. Makhluk ciptaan yang paling sempurna telah kehilangan jati dirinya sebagai manusia yaitu kehilangan kasih sayang dan kelembutanya, serta sopan santunya. Bahkan di jaman yang amburadol ini yang lebih menyedihkan lagi adalah justru Makhluk Tuhan yang paling beragama yang paling tahu baik dan buruk yang berbicara Dharma dan Adharma; namun terbukti juga telah kehilangan “kasih” karena evolusinya karakter sehingga banyak merusak dan menhancurkan ciptaan Tuhan karena kegelapan yang menutupi jiwa manusia yang mengakibatkan manusia kehilangan jati diri, sebagai manusia sifat manusia yang dimulai dari ahamkara, berekembang menjadi makhluk yang di kuasai kama dan akhirnya terhenti ; tidak  menjadi cinta yang di akhiri dengan kasih sayang.
Bapak-bapakdan Ibu-ibu serta umat Sedharma yang penuh dengan kasih,
              Sering kali lalu kita mencari pembenaran sendiri  dengan menyalahkan jaman, ,jaman modernisasi, jaman kali, jaman edan; perilaku manusia berubah seperti hewan, hilang sudah sifat manusianya. Dari sifat deva, dan manusia bahkan kemudian menjadi raksasa. Yang  di dominasi oleh kegelapan jiwa. Manusia menjadi penghancur (destroyer), bukan lagi sebagai  pencipta (creator), dan pengembang (developer).
Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat Sedharma yang berbahagia.
1.                     Bagaimana kita menyikapi ini sebagai  semuah kenyataan bahwa manusia kehilangan kelembutanya dan menjadi perusak?
2.                  Bagaimana kita Umat Hindu menumbuh kembangkan kasih untuk menuju suatu keharmonisan?
3.                  Apakah tujuan utama dari kasih di  jaman kali yuga ini/ jaman yang tidak seimbang yang juga di dominasi oleh kekerasan?

Menurut kitab ( Bhagavad Gita XVI.2):
Ahimsa satyam akrodas. Tyagah santir apaisunam,
Daya bhutesv aloluptvam. Maradavam hrir acapalam
Tanpa kekrasan,benar, bebas dari kemarahan, tanpa rasa takut, bebas dari kemarahan,tenang, tidak suka menfinah, kaidh sayang pada setiap makhluk, bebas dari nafsu, lemah lembut,dan dalam keseimbang jiwa.
Artinya apa bahwa kita manusia yang memiliki akal dan budi, yang tahu baik dan buruk,  seharusnya tidak meninggalkan identitasnya sebagai manusia, apalagi kasih yang paling dibutuhkan di jaman kali ini terutama kita sebagai Umat Hindu yang ada di Indonesia, yang berpedoman pada “pancasila” dan menjujung tinggi “Bhineka Tunggal Ika” yang becita-cita menuju kesejateraan seperti yang yercantum dalam UUD 1945, ini tidak akan terwujud tanpa adanya rasa kasih.
Kasih sayang inilah sesungguhnya Dharmaning kita  sebagai Umat Hindu. Hindu menjujung tinggi  nilai Ahimsa tidak menyakiti sesame  makhluk, Kasih sayang adalah senjata untuk  jaman edan, penjinak jaman kali. Kasih adalah energy tanpa batas dari Brahman Yang Esa. Dan kasih itu adalah Brahman itu sendiri. Brahman menciptakan alam semesta dan segala isinya dengan kasih. Deva Siva beryoga pada saat Mahasivaratri. dalam  kegelapan yang paling gelap hanya karena kasihnya bukan saja untuk umat Hindu tetapi untuk alam semesta beserta isinya, Devi Sarasvati mengalirkan ilmu pengetahuan tanpa henti semata-mata juga karena kasih, Sri  Krsna avatara Deva Visnu yang ke-8  juga mengajarkan empat jalan menuju kebebasan  pada manusia juga karena kasinya pada manusia, Bahkan Devi Durga selama Sembilan hari bertarung melawan Raksasa  Mahisasura dan membunuhnya pada hari ke-10 juga karena kasihnya pada manusia (Vijaya Dasami). Dan kasih itu menebar dan di terima oleh seisih dunia termasuk manusia. Lalu kenapa dunia manusia justru tidak memancarkan kasih pada Makhluk lain?
Sesungguhnya hingga kinipun pancaran kasih dari Brahman dan wujud kuasa Nya tak pernah berhenti, namun manusia sebagai ciptaanya yang di banggakan dan di sayang telah menolak pancaran itu. Pengaruh jaman kali telah meresapi dan mencemari darah dagingnya. Sehingga “rongga” spiritual yang seharusnya menerima  dan menyimpan “enegi kasih” itu tidak berfunsi lagi  namun, bagi umat Hindu, harapan itu masih ada. Cahaya pencerahan kasih masih tersisa , dalam jiwa-jiwa luhur bagi manusia yang memiliki Sradha dan Bhakti yang Teguh Orang-orang inilah yang akan menjadi bibit unggul di jaman kali ini usai dan diganti dengan jaman Emas. Sehingga mampu melewati “saringan purifikasi” jiwa, karena mampu menaklukan jaman kali ini. Lalau bagai mana kita sebagai umat Hindu menumbuhkan kasih sayang semesta? Bagai mana kita memulai ini?
Bibit kasih yang sebenarnya tetutup dalam sanubari setiap orang maka dari itu, idealnya, bibit kasih ini harus di mulai dari setiap individu di dalam rumah tangga. Saling mengasihi di dalam angota keluarga di rumahyang akan menjadikan rumah itu penuh dengan energy kasih, penuh kelembutan dan kedamaian. Bila sudut kasih ini sudah memenuhi setiap sudut rumah dan relung jiwa penghuninya, maka rumah itupun akan bercahaya. Para orang tua wajib mengajarkan untuk  mengasihi setiap makhluk, tidak memperkenankan mereka menyiksa dan menyakiti serta membunuh binatang. Tidak juga menghina ,melecehkan da menumpahkan kata-kata kasar terhadap orang lain. Mari kita tumbuhkan rasa kasihan pada setiap makhluk dan dalam jiwa mereka. Ini akan mengikat kita supaya bersikap sama pada orang lain di luar lingkungan rumah.lingkungan rumah tangga yang di dominasi kasih,akan dengan mudah menyerap energy positif yang kita butuhkan baik dari aspek duniawi maupun spiritual.
 Apabila setiap rumah tangga kita berupaya mengembangkan kasih di setiap keluarga masing-masing, maka “sangu” kasih ini akan terbawa ke segala tujuan. Keluarga yang ideal yang kemudian berkumpul di pura, akan membawakan manfaat positif pada komunitas pura dan juga pura itu sendiri. Umat Hindu yang seperti ini akan menghaturkan bhaktinya kepada Sang Hyang Widhi dengan persembayangan bersama;dengan tingkat  kasih dan ketulusan bersama menuju satu titik yaitu kuasaNya. Tiada muatan politis, tida pantulan keinginan dalam berdo,a semuanya berjalan apa adanya, ibarat sebuah putaran hukum alam semesta (RTA). Kita di pura yang suci  mencakupkan tangan sambil merenung akan menerima pancaran  kasih dari orang yang penuh rasa kasih. Energy kasih juga harus di tebar supaya memberikan kenyamanan baik di rumah, lingkugan kerja maupun masyarakat, rasa aman dan nyaman pasti akan terasa.
Dengan menebarnya energy kasihakan menimbulkan perubahan besar. Bahkan tidak mungkin kalau Negara tidak bisa di lembutkan dengan energy kasih, mengingat Tuhan memang tiada batas, di sinilah kita sebagai Umat Hindu, yang ajaranya bersumber pada Weda, sumber pengetahuan suci yang tiada duanya. Sebagai ajaran utama,Weda menjadi tuntunan dalam mengenal dan mengembangkan kasih semesta, kasih semua makhluk di alam. Untuk itu, mari kita semua Umat Sedharma untuk memulai menumbuh kembangkan kasih yang merupakan karunia sang Pencipta untuk mewujudkan kebersamaan dan kesejateraan Umat manusia sebagai tujuan hidup karena kasih akan menjadikan kita semua sebagai love and divine human being (penuh kasih dan kesucian)
Dari pemahan diatas sudah jelas begitu mulianya kasih itu sehingga kita idak bisa memiliki alas an lagi untuk mengabaikan kasih, mudah-mudahan kita semua mampu memahami ,menguraikan serta melaksanakan kwajiban kita berdasarkan sebuah kasih.
Demikian yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan apa yang kami sampaikan  dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga Om Awignamastu santi/ kedamaian jasmani maupun rohani dapat kita raih.
Akhir kata dengan puja parama santi
, “Joyo-joya wijayanti lebur deneng pangastuti mugi kali sing sambi kolo”
om santi santi santi om.
Rahayu rahayu rahayu.
Sumber dari:
Mertha I Nengah. 2009; ”Menggantang Hidup di Jaman Kali Yuga”, Jl.Sangalangit Penatih Denpasar Timur, Widya Dharma
M.pd.,M, S.Ag, Suratnaya Ketut Dewa.  2005; “Kumpulan Dharma Wacana,Dharma”, Duta Gading Sewu.
SP.,M.Hum Jelantik bagus ida.Drs  2011; ”Bhagavad gita Terjemahan Bergambar Gun gun”, Jl.padma 30 Penatih Denpasar timur, ESBE buku.





Tidak ada komentar: